LONDON - Kudeta presiden yang terjadi di Mesir menjadi perhatian banyak pihak. Tak hanya Amerika Serikat (AS) maupun PBB, aksi yang digalang militer Mesir tersebut juga memantik rekasi Uni Eropa untuk berkomentar.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengatakan, pihaknya memang mengutuk aksi tersebut. Alasannya, kudeta tersebut memakan korban jiwa. Kabarnya, sebanyak delapan nyawa harus meregang saat melakukan aksi itu.
Meski begitu, Uni Eropa menganggap bahwa apa yang dilakukan warga Mesir merupakan sebuah bentuk percepatan dalam demokrasi. Karena itu, Uni Eropa berharap pemilu yang akan dilangsungkan bisa berjalan dengan terbuka dan memegang teguh prinsip demokrasi.
“Saya mendesak semua pihak untuk kembali ke proses demokrasi dengan cepat. Termasuk di antaranya ialah dengan memegang kebebasan dan keterbukaan pemilihan presiden dan parlemen,” terang Ashton seperti dilansir laman AFP, Kamis 94/7).
Ucapan Ashton sebenarnya melambangkan keinginan warga Mesir pada umumnya., Warga Negeri Piramida, julukan Mesir tentu berharap pemerintahan yang baru nanti bisa lebih demokratis. Mereka tak ingin memiliki presiden seperti Muhammad Mursi lagi.
“Saya memang mengutuk semua bentuk kekerasan. Tapi saya juga meminta pihak keamanan untuk melakukan segala upaya guna menjaga hidup warga Mesir. Saya berharap transisi pemerintahan tersebut akan memenuhi hak-hak asasi manusia,” tegas Ashton. (jos/jpnn)
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengatakan, pihaknya memang mengutuk aksi tersebut. Alasannya, kudeta tersebut memakan korban jiwa. Kabarnya, sebanyak delapan nyawa harus meregang saat melakukan aksi itu.
Meski begitu, Uni Eropa menganggap bahwa apa yang dilakukan warga Mesir merupakan sebuah bentuk percepatan dalam demokrasi. Karena itu, Uni Eropa berharap pemilu yang akan dilangsungkan bisa berjalan dengan terbuka dan memegang teguh prinsip demokrasi.
“Saya mendesak semua pihak untuk kembali ke proses demokrasi dengan cepat. Termasuk di antaranya ialah dengan memegang kebebasan dan keterbukaan pemilihan presiden dan parlemen,” terang Ashton seperti dilansir laman AFP, Kamis 94/7).
Ucapan Ashton sebenarnya melambangkan keinginan warga Mesir pada umumnya., Warga Negeri Piramida, julukan Mesir tentu berharap pemerintahan yang baru nanti bisa lebih demokratis. Mereka tak ingin memiliki presiden seperti Muhammad Mursi lagi.
“Saya memang mengutuk semua bentuk kekerasan. Tapi saya juga meminta pihak keamanan untuk melakukan segala upaya guna menjaga hidup warga Mesir. Saya berharap transisi pemerintahan tersebut akan memenuhi hak-hak asasi manusia,” tegas Ashton. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Profil Presiden Interim Mesir
Redaktur : Tim Redaksi