BA"A-Bupati Rote Ndao, Leonard Haning mengambil sumpah dan melantik enam pejabat struktural eselon III lingkup Pemkab Rote Ndao, Rabu (16/1), di dalam areal persawahan kompleks Ne’e.
Uniknya acara pelantikan tersebut tidak diadakan di dalam ruangan yang mewah dan adem layaknya pelantikan pejabat–pejabat sebelumnya. Kali ini orang nomor satu di kabupaten terselatan NKRI ini melantik enam orang pejabat itu di dalam areal sawah yang penuh lumpur dan berair.
Pantauan koran ini di lokasi pelantikan, semua pejabat yang akan dilantik ramai-ramai menggulung kaki celananya dan masuk dalam air yang bercampur lumpur itu disaksikan oleh para petani yang kebetulan saat itu sementara mulai mengolah sawahnya untuk hendak ditanam.
Sebelum diadakan pelantikan, Bupati meminta agar seluruh peserta yang hadir juga harus masuk bersama-sama dengan pejabat yang baru akan dilantik itu kedalam sawah tersebut, jika tidak, maka Bupati tidak akan melangsungkan pengambilan sumpah dan pelantikan itu.
Tak pelak seluruh jajaran PNS yang mengikuti acara pelantikan itu mulai satu persatu mengguling kaki celananya, namun ada yang berusaha menghindar dari jangkaun penglihatan Bupati dan Pol PP, entah karena mungkin mereka takut dan jijik masuk dalam lumpur. Terlihat Bupati mulai menggulung kaki celananya untuk bersiap masuk kedalam sawah untuk selanjutnya melantik para pejabat itu. Seluruh pejabat Eselon II dan III yang datang saat itu mulai memasuki lokasi pelantikan.
Para unsur Forkopimda, seperti Ketua PN Rote Ndao, Trihastono, Wakapolres Rote Ndao, Kompol Johanis Malohama, Koramil Rote Ndao, Kapten CH. Djowenji beserta wakil bupati, Marthen Saek bersama para Asisten juga turut mengguling kaki celana mereka dan masuk kedalam sawah.
Usai pelantikan, kepada wartawan Bupati Leonard Haning mengungkapkan alasan pemilihan lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Alasannya, ia ingin agar para pejabat yang dilantik itu dapat langsung memahami dan mendalami tugas pokok dan fungsi pelayanannya dalam membina petani, nelayan dan lainnya, supaya para pejabat ini lebih banyak di lokasi dan lebih tahu permasalahan yang diguluti petani.
“Tadi kita baru saja injak mungkin sekira satu jam di tanah yang begitu lembut, sehingga kaki kita harus masuk 20 centi meter kedalam lumpur dan air, tetapi coba kita refleksikan, petani setiap saat dalam hidupnya di tempat ini. Semua ini agar kita tahu betapa sulitnya perjuangan hidup petani untuk mencari nafkah. Jangan kemudian kita sebagai pejabat hanya duduk di kursi empuk dan di ruang AC, harus turun dan melihat langsung permasalahan yang di alami petani dan ini makna pelantikan hari ini,” tandas Haning.
Bupati Haning pun menolak anggapan saat itu jika acara pelantikan itu hanya untuk mengikuti jejak langkah Gubernur DKI Jakarta, Jokowi yang kawakan itu. “Saya tidak mengikuti siapa-siapa, saya Lens Haning mengikuti karakter saya. Sejak saya dilantik, saya dari desa ke desa, dusun ke dusun tidur bersama masyarakat. Saya dari sawah ke sawah, kebun ke kebun, ladang ke ladang, saya menemukan mereka (petani, red) bekerja dan apa yang saya lakukan adalah seperti sifat dasar Lens Haning, saya tidak bisa mengikuti gaya kepemimpinan siapa juga karena apabila saya mengikuti saya bukan lagi Lens Haning,”katanya.
Menjawab, apakah planing pelantikan kedepannya masih seperti ini, Haning katakan, semua yang berada di administrasi tetap seperti biasa sedangkan Dinas-dinas kemakmuran yang berkenan tetap saya lakukan di sawah, di laut di embung-embung sesuai tugas pokok dan fungsi pejabat yang akan dilantik.
Ketua PN Rote Ndao, Trihastono kepada wartawan memberikan apresiasi yang tinggi atas model pelantikan hari itu karena sangat unik dan berbeda. “Saya dukung, biar pejabat yang dilantik itu lebih mengetahui tugasnya, kalau ditempat seperti ini, mereka akan lebih memahami, mengerti tanggung jawab yang ada di pundaknya, jadi tepat dan benar pelantikan di lokasi seperti ini,”katanya.
Wakapolres Rote Ndao, Kompol Johanis Malohama bahwa dengan ini dapat memacu pejabat-pejabat untuk turun dan bergerak langsung di lapangan, karena kebanyakan pejabat itu hanya mau duduk di ruangan dengan full AC dan kursi yang empuk.
Sementara salah seorang petani yang hadir mengikuti pelantikan itu, Reny Soai Modok, berharap, setelah selesainya pelantikan itu, pemerintah dapat memikirkan bagaimana cara distribusi pupuk kepada mereka, karena diakuinya sampai saat ini mereka belum mendapat pupuk, sehingga ditakutkan proses pendistribusiannya akan lambat sampai ke tangan mereka dan berdampak negatif. (kr-8/boy)
Uniknya acara pelantikan tersebut tidak diadakan di dalam ruangan yang mewah dan adem layaknya pelantikan pejabat–pejabat sebelumnya. Kali ini orang nomor satu di kabupaten terselatan NKRI ini melantik enam orang pejabat itu di dalam areal sawah yang penuh lumpur dan berair.
Pantauan koran ini di lokasi pelantikan, semua pejabat yang akan dilantik ramai-ramai menggulung kaki celananya dan masuk dalam air yang bercampur lumpur itu disaksikan oleh para petani yang kebetulan saat itu sementara mulai mengolah sawahnya untuk hendak ditanam.
Sebelum diadakan pelantikan, Bupati meminta agar seluruh peserta yang hadir juga harus masuk bersama-sama dengan pejabat yang baru akan dilantik itu kedalam sawah tersebut, jika tidak, maka Bupati tidak akan melangsungkan pengambilan sumpah dan pelantikan itu.
Tak pelak seluruh jajaran PNS yang mengikuti acara pelantikan itu mulai satu persatu mengguling kaki celananya, namun ada yang berusaha menghindar dari jangkaun penglihatan Bupati dan Pol PP, entah karena mungkin mereka takut dan jijik masuk dalam lumpur. Terlihat Bupati mulai menggulung kaki celananya untuk bersiap masuk kedalam sawah untuk selanjutnya melantik para pejabat itu. Seluruh pejabat Eselon II dan III yang datang saat itu mulai memasuki lokasi pelantikan.
Para unsur Forkopimda, seperti Ketua PN Rote Ndao, Trihastono, Wakapolres Rote Ndao, Kompol Johanis Malohama, Koramil Rote Ndao, Kapten CH. Djowenji beserta wakil bupati, Marthen Saek bersama para Asisten juga turut mengguling kaki celana mereka dan masuk kedalam sawah.
Usai pelantikan, kepada wartawan Bupati Leonard Haning mengungkapkan alasan pemilihan lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Alasannya, ia ingin agar para pejabat yang dilantik itu dapat langsung memahami dan mendalami tugas pokok dan fungsi pelayanannya dalam membina petani, nelayan dan lainnya, supaya para pejabat ini lebih banyak di lokasi dan lebih tahu permasalahan yang diguluti petani.
“Tadi kita baru saja injak mungkin sekira satu jam di tanah yang begitu lembut, sehingga kaki kita harus masuk 20 centi meter kedalam lumpur dan air, tetapi coba kita refleksikan, petani setiap saat dalam hidupnya di tempat ini. Semua ini agar kita tahu betapa sulitnya perjuangan hidup petani untuk mencari nafkah. Jangan kemudian kita sebagai pejabat hanya duduk di kursi empuk dan di ruang AC, harus turun dan melihat langsung permasalahan yang di alami petani dan ini makna pelantikan hari ini,” tandas Haning.
Bupati Haning pun menolak anggapan saat itu jika acara pelantikan itu hanya untuk mengikuti jejak langkah Gubernur DKI Jakarta, Jokowi yang kawakan itu. “Saya tidak mengikuti siapa-siapa, saya Lens Haning mengikuti karakter saya. Sejak saya dilantik, saya dari desa ke desa, dusun ke dusun tidur bersama masyarakat. Saya dari sawah ke sawah, kebun ke kebun, ladang ke ladang, saya menemukan mereka (petani, red) bekerja dan apa yang saya lakukan adalah seperti sifat dasar Lens Haning, saya tidak bisa mengikuti gaya kepemimpinan siapa juga karena apabila saya mengikuti saya bukan lagi Lens Haning,”katanya.
Menjawab, apakah planing pelantikan kedepannya masih seperti ini, Haning katakan, semua yang berada di administrasi tetap seperti biasa sedangkan Dinas-dinas kemakmuran yang berkenan tetap saya lakukan di sawah, di laut di embung-embung sesuai tugas pokok dan fungsi pejabat yang akan dilantik.
Ketua PN Rote Ndao, Trihastono kepada wartawan memberikan apresiasi yang tinggi atas model pelantikan hari itu karena sangat unik dan berbeda. “Saya dukung, biar pejabat yang dilantik itu lebih mengetahui tugasnya, kalau ditempat seperti ini, mereka akan lebih memahami, mengerti tanggung jawab yang ada di pundaknya, jadi tepat dan benar pelantikan di lokasi seperti ini,”katanya.
Wakapolres Rote Ndao, Kompol Johanis Malohama bahwa dengan ini dapat memacu pejabat-pejabat untuk turun dan bergerak langsung di lapangan, karena kebanyakan pejabat itu hanya mau duduk di ruangan dengan full AC dan kursi yang empuk.
Sementara salah seorang petani yang hadir mengikuti pelantikan itu, Reny Soai Modok, berharap, setelah selesainya pelantikan itu, pemerintah dapat memikirkan bagaimana cara distribusi pupuk kepada mereka, karena diakuinya sampai saat ini mereka belum mendapat pupuk, sehingga ditakutkan proses pendistribusiannya akan lambat sampai ke tangan mereka dan berdampak negatif. (kr-8/boy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setelah 17 Tahun, Tanjungpinang Punya Wali Kota Pria
Redaktur : Tim Redaksi