Unjuk Rasa Meluas, Iran Blokir Instagram dan Telegram

Selasa, 02 Januari 2018 – 07:15 WIB
Unjuk Rasa di Iran. Foto: Anadolu

jpnn.com, TEHRAN - Api kemarahan penduduk Iran kian tersulut. Pemerintah yang panik pun buru-buru menutup akses informasi, termasuk media sosial Instagram dan Telegram.

Aksi massa yang bermula di Kota Mashhad pekan lalu terus membesar hingga ke Tehran dan lebih dari 50 kota lainnya. Korban jiwa juga terus berjatuhan.

BACA JUGA: Pariwisata Makin Seksi, Medsos Jadi Kunci

Kemarin, Senin (1/1) saluran televisi milik pemerintah melaporkan bahwa 10 orang tewas dalam bentrokan Minggu malam (31/12).

Dikabarkan, massa bersenjata berusaha mengambil alih kantor polisi dan pangkalan militer. Namun, petugas keamanan menyerang balik. Bentrokan tak terelakkan.

BACA JUGA: Aparat Iran Brutal, KBRI Minta WNI Jauhi Demonstrasi

Tidak dijelaskan secara detail kantor polisi atau pangkalan militer mana yang berusaha direbut massa. Mereka hanya mengunggah video yang memperlihatkan gedung-gedung terbakar serta kru ambulans yang menyelamatkan korban luka.

Kantor berita Reuters tidak bisa memverifikasi kebenaran video tersebut. Di Iran, media dikuasai pemerintah. Media sosial juga dikontrol. Jurnalis asing tidak bisa masuk.

BACA JUGA: Iran Bergolak, Demonstran Minta Ayatollah Mati Saja

Instagram dan Telegram juga sudah ditutup sementara oleh pemerintah Iran. Padahal, selama aksi massa dan para aktivis mengunggah perkembangan terbaru lewat dua media sosial tersebut.

’’Penutupan sementara aplikasi Telegram dan Instagram dilakukan untuk menjaga ketenangan,’’ tulis kantor berita Irib.

Telegram sangat populer di Iran. Separo penduduk memiliki akun di aplikasi tersebut. CEO Telegram Pavel Durov mengungkapkan bahwa pemerintah Iran sempat meminta seluruh akun yang mengunggah aksi massa ditutup. Tapi, Telegram menolak.

Telegram memang menutup akun Amadnews karena menyerukan kekerasan. Tapi, yang menyerukan aksi damai tidak diblokir. Karena itu, pemerintahlah yang akhirnya menutup akses penduduk ke Telegram.

Kantor berita ILNA juga melaporkan, di Kota Izeh ada dua korban tewas. Tidak diketahui secara pasti apakah dua orang itu termasuk 10 orang tersebut.

Yang jelas, sehari sebelumnya ada dua nyawa yang melayang. Artinya, sejak aksi mencuat Kamis (28/12), paling sedikit 12 nyawa telah hilang. Ratusan orang lainnya ditangkap.

’’Saya tidak tahu apakah penembakan kemarin (Minggu, Red) dilakukan oleh massa atau polisi. Masalah ini tengah diselidiki,’’ ujar Hedayatollah Khademi, anggota parlemen Kota Izeh.

Mayoritas penduduk Izeh memang punya senapan berburu. Jumlah korban jiwa mungkin tetap simpang siur hingga akhir, sama seperti aksi massa berbulan-bulan yang dilakukan Green Movement pada 2009 lalu. Jumlah korban jiwa ketika itu 36–72 orang.  (sha/c19/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perlu Ruang Terbuka untuk Anak Milenial Bertukar Pikiran


Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler