Upacara Laut Syirik? Simak Pandangan Nasaruddin Umar Ini

Selasa, 03 Mei 2022 – 09:35 WIB
Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam acara bertajuk Tausiah Kebangsaan Idulfitri yang disiarkan akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Senin (2/5). Foto: BKN PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menilai upacara laut bukan bidah atau syirik. Menurut dia, upacara laut merupakan salah satu cara mereka dalam melakukan persahabatan antarsesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Nasaruddin mengatakan hal semacam itu perlu dipahami muslim lainnya dengan benar dan tetap dijaga untuk memperkuat aspek kebangsaan.

BACA JUGA: Nasaruddin Umar: Muslim Indonesia Harusnya Bersyukur, Bandingkan dengan Afganistan

“Bangsa Indonesia ini sangat menghargai lingkungan hidupnya, contoh upacara laut. Upacara laut bukan musyrik dan bukan bidah, selama itu dilakukan secara wajar dan benar," kata dia dalam acara bertajuk Tausiah Kebangsaan Idulfitri yang disiarkan akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Senin (2/5).

Wakil Menteri Agama era Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menilai orang datang bukan bermaksud menyembah laut. Namun, melakukan persahabatan dengan sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

BACA JUGA: Nasaruddin Umar: Masjid Istiqlal Tak Akan Gelar Salat Idulfitri

"Di dalam Islam, tidak ada kamus benda mati, tidak ada satu apa pun yang tidak bertasbih. Semuanya bertasbih, tetapi hanya kita yang tidak bisa memahami tasbihnya. Maka dari itu, kita perlu menghargai budaya luhur Indonesia," terang pria alumnus Paris University itu.

Nasaruddin Umar menilai umat Islam di Indonesia harusnya bersyukur dengan kemajemukan Nusantara, tetapi hidup tetap rukun. Umat Islam melaksanakan ibadah tanpa harus memikirkan ancaman seperti di sejumlah negara muslim.

BACA JUGA: Ulama NU Ini Sebut Budaya Sajen Tak Ada Masalah dalam Islam, Lalu Bandingkan dengan Arab

Nasaruddin menjelaskan Indonesia adalah negara yang beragam kebudayaannya, tetapi memiliki konsep kebangsaan yang memberikan kebebasan dalam memilih dan menjalankan keyakinan beragama.

Dengan keberagaman kebudayaan dan pemahaman agama yang ada saat ini, memberikan penguatan terhadap aspek persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

“Umat Islam bangsa Indonesia ini tentu harus lebih banyak bersyukur, baik sebagai warga bangsa, khususnya juga sebagai umat Islam. Coba bandingkan dengan beberapa negara, contoh Afganistan. Hanya tujuh etnik di tempat itu, tetapi susah sekali mengakses masjid untuk melakukan salat Tarawih," kata dia. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapa Lailatulqadar Dinantikan? Ulama Ini Ulas Alasannya


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler