Upaya Dirut Baru Garuda Akhiri Kondisi Keuangan yang Remuk

Kamis, 13 September 2018 – 16:02 WIB
Pesawat Garuda. Ilustrasi Foto: dok.JawaPos.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian BUMN merombak direksi PT Garuda Indonesia Tbk. Dari delapan direksi Garuda, enam diganti dan menyisakan dua direksi lama. Direktur Utama Pahala N. Mansury dicopot dan digantikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra.

Ngurah Askhara mengatakan, pihaknya akan berusaha memperbaiki kinerja keuangan Garuda yang masih merugi. Kerugian Garuda diperparah dengan berlanjutnya depresiasi rupiah dan kenaikan harga minyak dunia.

BACA JUGA: Rini Soemarno Tunjuk Dua Direksi Baru di Pertamina

”Kami berniat mengurangi loss, targetnya di bawah USD 100 juta minimum. Lebih baik lagi di bawah USD 50 juta,” ungkapnya, Rabu (12/9).

Sejak triwulan ketiga 2016, laporan keuangan Garuda Indonesia memang berdarah-darah. Pada semester pertama 2018 lalu, maskapai penerbangan pelat merah itu menderita kerugian USD 114 juta.

BACA JUGA: Garuda Indonesia Punya Dirut Baru

Padahal, pada 2015 Garuda Indonesia berhasil menorehkan laba bersih USD 77,9 juta atau Rp 1,03 triliun. Tahun sebelumnya, kinerja keuangan Garuda Indonesia mencatatkan rapor merah dengan kerugian USD 371,9 juta atau Rp 4,87 triliun.

Sejumlah cara akan dilakukan Ari –sapaan akrab Ngurah Askhara– untuk menyehatkan kinerja keuangan perseroan pada sisa tahun ini.

BACA JUGA: Garuda Indonesia dan Citilink Jalin Sinergi Strategis

”Kami harus kerja keras dengan melibatkan semua pegawai, serikat pekerja, stakeholder, regulator, dan diskusi dengan manajemen lama. Transformasi human capital, bagaimana membuat pegawai happy sehingga nanti membuat pelayanan meningkat kepada pelanggan,” imbuhnya.

Lalu, meningkatkan pendapatan dengan membuat channel-channel baru, memperbaiki yang ada, serta mempertahankan kinerja yang sudah positif. Misalnya, melihat ceruk pasar baru dengan menambah 1 sampai 2 slot penerbangan di Jepang, Tiongkok, maupun rute domestik yang selama ini hanya dimiliki kompetitor.

Pihaknya juga akan meminta regulator untuk diberi slot rute penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma agar bisa bersaing dengan kompetitor yang terbang dari sana. Selain itu, dia akan melakukan redefine cost structure atau merestrukturisasi biaya guna menekan biaya operasional.

”Cost-nya Garuda yang NG sama 777 itu kemahalan, harusnya kami memuat struktur cost yang lebih rendah,” ujarnya. Manajemen juga akan negosiasi ulang untuk existing flight narrowbody dan widebody untuk memperpanjang masa sewa agar biaya sewa per bulan bisa ditekan 10–20 persen.

Emiten dengan kode GIIA tersebut juga akan memeriksa potensi-potensi pendapatan dari bisnis yang selama ini dinilai bocor. Manajemen juga melakukan evaluasi terhadap struktur hedging, menyehatkan arus kas dengan reprofiling utang.

Di sisi lain, sejumlah perbaikan kinerja keuangan juga berhasil dilakukan Garuda di bawah kepemimpinan Pahala N. Mansury selama 17 bulan. Pihaknya berhasil menurunkan tingkat kerugian 60 persen. ”Kami bisa meningkatkan diversifikasi pendapatan yang berasal dari auxiliary (di luar tiket, Red) naik sampai dengan 27 persen, kargo juga naik 8 persen,” kata Pahala.

Dia berharap program kerja yang telah dicanangkan di masa kepemimpinannya bisa dilanjutkan manajemen baru. (vir/c25/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Indonesia Perpanjangan Kerja Sama dengan Whitesky


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler