jpnn.com, JAKARTA - Kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan makin menunjukkan penguatan. Salah satunya adalah kolaborasi teknologi kapal bertenaga hidrogen untuk pengelolaan limbah laut.
Profesor Lee Jae-myeong dari Departemen Arsitektur Angkatan Laut dan Teknik Kelautan yang bertanggung jawab atas Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan (PNU) mengatakan, kedua negara berkomitmen mengembangkan teknologi tersebut.
BACA JUGA: Peringati HUT ke-30, PPLI Berkomitmen Lindungi Indonesia dari Bahaya Limbah Industri
Proyek itu dikembangkan di bawah naungan Universitas Nasional Pusan tersebut merupakan bagian dari 'Proyek Pengembangan Teknologi Kolaboratif Multi-Lembaga ke-11'.
Didukung oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan, TIK dan Perencanaan Masa Depan, Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi, dan Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, inisiatif tersebut berlangsung sejak 2022, dengan target pembangunan kapal pada 2025.
BACA JUGA: Jepang Lanjutkan Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut, Kekhawatiran Global Muncul
PNU bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menandatangani MOU kerja sama bilateral bidang pembuatan kapal dan kelautan antara Korea Selatan dan Indonesia pada 5 Juni 2023 lalu.
“Saat ini, produksi modul kunci dan desain lambung kapal dengan dukungan dari tiga pemerintah metropolitan termasuk Busan, Ulsan, dan Gyeongsangnam-do sedang dalam proses,” ucap Lee di PNU, Busan kepada 14 jurnalis program Indonesia-Korea Journalist Network yang merupakan program FPCI dan Korea Foundation.
BACA JUGA: Septic Tank Bioklin Didesain jadi Solusi Pengolahan Limbah Modern
Saat itu, para jurnalis mengunjungi “Platform Penelitian dan Pengembangan Kapal Bertenaga Hidrogen Ramah Lingkungan' di Pusat Teknologi Kapal Hidrogen (HSTC) PNU, yang berlokasi di Pelabuhan Busan Uam.
Dia menjelaskan bahwa proyek tersebut bertujuan untuk mengembangkan kapal yang dapat mengumpulkan, mengolah, dan memanfaatkan limbah laut yang terapung sebagai sumber energi secara komprehensif di atas kapal.
Pengembangan itu mendapat perhatian di Forum AIS serta di acara internasional, seperti Konferensi Sampah Laut Internasional PBB (IMDC) dan NHK Broadcasting di Jepang beberapa waktu lalu.
Mereka secara aktif melakukan upaya bersama dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi kapal ramah lingkungan.
Lalu, mempromosikan penelitian kolaboratif internasional dan pertukaran personel di bidang teknik, lingkungan, dan kelautan.
Proyek ini menerima pendanaan dari berbagai kementerian pemerintah Korea, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF), Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi (MOTIE), serta pemerintah daerah.
Adapun, Indonesia mengusulkan komitmen bersama Korea untuk membina kerja sama internasional di bidang perlindungan lingkungan laut.
Dr Hendra Yusran Siry Direktur Pusat Penelitian Kelautan pada Direktorat Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan menuturkan Indoensia secara aktif mempromosikan proyek kerja sama dengan Korea di bidang penelitian dan pengembangan.
“Yang secara langsung berkontribusi terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan limbah laut Indonesia sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2018,” kata dia.
Selain itu, mereka akan bersama-sama fokus pada upaya produksi hidrogen berbasis pembuangan dari pencapaian penelitian dan pengembangan Proyek Ocean Blue, pemanfaatan di bidang kapal hidrogen, dan diseminasi hasilnya.
Secara khusus, kedua negara berkolaborasi untuk mencari cara membangun pelabuhan dan mengembangkan infrastruktur pelabuhan berdasarkan ekosistem hidrogen, memanfaatkan energi berkelanjutan untuk industri ramah lingkungan dan baru berkembang. (mcr4/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi