jpnn.com, JAKARTA - Usaha Gubernur Jawa Tengah Ganjar untuk menekan angka kemiskinan di Jawa Tengah dengan berbagai gerakan inovasi dinilai membuahkan hasil.
Contoh yang terbukti ampuh adalah 'Sekolah Perempuan Cerdas Zaman Now' atau 'Serat Kartini' dan 'Ceting Ketan', yang merupakan singkatan dari "Mencegah Stunting pada Kelompok Rentan'.
BACA JUGA: Orang Muda Ganjar Lampung Turun Langsung Perbaiki Jalan Rusak di Desa Sinar Banten
Pengamat politik Lucius Karus memuji berbagai upaya yang dibuat oleh Ganjar Pranowo tersebut.
Menurutnya, berbagai gerakan yang dilakukan oleh Ganjar di Jawa Tengah merupakan sebuah bentuk ikhtiar yang baik.
BACA JUGA: PAN: PDIP Seharusnya Bangga Zulhas Dukung GanjarÂ
"Inovasi Ganjar bisa dibaca dalam konteks ini, yakni ikhtiar untuk konsisten menurunkan angka kemiskinan," ujar Lucius dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/3).
Lucius pun mengapresiasi fokus kebijakan Ganjar pada kelompok masyarakat rentan seperti disabilitas, perempuan, dan anak.
Hal itu, kata dia, menunjukkan kepedulian dan perhatian dari seorang pemimpin daerah terhadap warga yang membutuhkan perhatian lebih dalam mengatasi masalah kemiskinan.
"Sebagai gubernur, Ganjar menunjukkan kualitas kepemimpinannya dengan memilih untuk memfokuskan kebijakan pada kelompok masyarakat rentan seperti disabilitas, perempuan dan anak," ujarnya.
Berdasarkan data BPS, tren kemiskinan pada wilayah Jawa Tengah menurun secara konsisten sejak 2010. Secara rinci, pada 2010 berada di angka 13,3 persen.
Tahun selanjutnya 12,36 persen (2011); 11,66 persen (2012); 11,47 persen (2013); 10,96 persen (2014); 11,13 persen (2015); 10,7 persen (2016); 10,12 persen (2017), 9,66 persen (2018), 9,22 persen (2019); 10,19 persen (2020), dan 9,71 persen (2021).
Tak hanya itu, rata-rata ketimpangan pendapatan (Indeks Gini) Jawa Tengah tahun 2014-2021 terendah dibandingkan Provinsi se-Jawa dan Nasional. Hal ini menandakan pemerataan pendapatan tahun 2014-2021 di Jawa Tengah lebih baik dibandingkan provinsi se-Jawa dan nasional.
Lebih lanjut, Lucius menyadari bahwa penurunan secara perlahan jumlah kelompok miskin menunjukkan beratnya persoalan mendasar yang menjadi akar kemiskinan di masyarakat.
Oleh karena itu, pemimpin dituntut untuk inovatif, kreatif, dan responsif dalam menangani masalah ini.
Meskipun perubahan positif tidak langsung terlihat secara besar-besaran dalam waktu singkat, tetapi Lucius menyebut setiap langkah kecil menuju penurunan kemiskinan harus selalu diapresiasi.
"Walau tak langsung berdampak besar seketika, tetapi perubahan positif selalu harus menjadi ruang penuh harapan untuk berjuang," pungkas Lucius.(mcr10/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul