Usai Pembantaian Houla, Giliran Bombardir Hama

Selasa, 29 Mei 2012 – 06:26 WIB

DAMASKUS - Aksi kekerasan di Syria yang dilakukan pasukan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad ternyata terus terjadi. Sehari setelah pembantaian di Kota Houla, sekitar 40 kilometer utara Homs, pada Jumat siang (25/5) hingga Sabtu dini hari lalu (26/5), tentara Syria giliran membombardir Kota Hama pada Minggu lalu (27/5).
 
Korban jiwa warga sipil pun kembali berjatuhan. Dalam pembantaian di Houla, sedikitnya 116 orang tewas secara mengenaskan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 32 orang di antaranya anak-anak berusia di bawah 10 tahun.
 
Para aktivis dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan kemarin (28/5) bahwa sedikitnya 41 tewas dalam serangan artileri dan bombardir atas Kota Hama tersebut. Meski tak disebutkan jumlahnya, anak-anak dan perempuan dilaporkan menjadi korban dalam serangan itu.
 
Tentara yang loyal kepada rezim Assad menghujani kota di bagian tengah Syria itu dengan roket dan senjata artileri. Tembakan senapan mesin juga menghajar kota tersebut dalam upaya pasukan Assad menghancurkan para pejuang oposisi.
 
"Ketika tentara kalah (dari pejuang oposisi), mereka pun mulai menembaki area permukiman," tutur Rami Abdel Rahman dari SOHR. "Jika tentara rezim terlibat bentrok dengan pasukan pemberontak, mereka tentu tak seharusnya membom kawasan permukiman. Tapi, itulah yang terjadi," lanjutnya.

Dia menyatakan bahwa lima perempuan dan empat tentara pembangkang (yang bergabung ke oposisi) termasuk yang tewas dalam serangan pada Minggu lalu itu.
 
Para aktivis membeber bahwa tank-tank militer Syria melepaskan tembakan ke sejumlah permukiman di Hama. Aksi tersebut dilancarkan sebagai balasan atas serangan Tentara Pembebasan Syria atau FSA (tentara desertir yang bergabung ke oposisi) terhadap blokade jalan maupun penjagaan pasukan pemerintah di beberapa titik lain.
 
Dewan Pimpinan Revolusi Hama mengungkapkan bahwa tembakan tank menghancurkan sejumlah bangunan. Penghuninya langsung dievakuasi dari bawah reruntuhan. "Lima perempuan termasuk di antara korban tewas," kata pernyataan tersebut.
 
Seorang aktivis lokal menyatakan bahwa Hama berubah seperti kota hantu sepanjang hari kemarin. "Warga sangat ketakutan. Pasukan Syria mengepung seluruh wilayah yang menjadi medan pertempuran. Mereka khawatir bakal terjadi serangan susulan," tuturnya.
 
Serangan itu terjadi setelah Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat di markasnya di New York, AS, Minggu lalu (27/5) untuk mengutuk pembantaian di Houla. Dalam pertemuan itu, Kepala Tim Pemantau PBB di Syria Mayjen Robert Mood berbicara langsung kepada dewan yang beranggotakan 15 negara itu melalui videolink dari Damaskus. Mood melaporkan bahwa sedikitnya 116 orang, termasuk anak-anak, tewas dalam pembantaian di Houla.
 
Hasilnya, DK PBB mengutuk pembantaian di Houla itu. "Dewan Keamanan mengutuk dengan keras pembunuhan yang telah dikonfirmasi oleh tim pemantau PBB. Insiden itu menewaskan lusinan pria, perempuan, dan anak-anak serta melukai ratusan lain dalam serangkaian serangan artileri dan tank pemerintah atas permukiman warga," kata DK PBB dalam pernyataan keras yang tidak mengikat itu.

"Penggunaan kekuatan seperti itu atas warga sipil adalah pelanggaran atas hukum internasional dan juga komitmen pemerintah Syria di bawah resolusi DK PBB," lanjut pernyataan tersebut.
 
Rusia dan Tiongkok, yang sebelumnya telah dua kali memveto resolusi DK PBB terkait upaya bertindak lebih keras atas Syria, mendukung resolusi kali ini. Dua negara itu mengutuk keras pembantaian di Houla, tetapi mereka juga meminta agar pasukan Assad tidak disalahkan.
 
"Kami merasa sangat shock atas banyaknya korban jiwa warga sipil di Houla dan mengutuk keras pembunuhan atas warga biasa, khususnya perempuan dan anak-anak," tegas Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Tiongkok Liu Weimin.
 
Sementara itu, Utusan PBB dan Liga Arab untuk Syria Kofi Annan tiba di Damaskus kemarin untuk berbicara langsung dengan Assad dan sejumlah pejabat Syria lainnya. "Secara pribadi, saya terkejut dan merasakan ngeri terkait insiden yang terjadi di Houla dua hari lalu. Tragedi itu merenggut nyawa banyak orang tidak bersalah, anak-anak, perempuan, dan pria," ujar Annan di Damaskus kemarin.
 
Dia meminta kepada semua pihak yang berkonflik dan memegang senjata agar menghentikan pertumpahan darah. "Pesan damai ini bukan hanya untuk pemerintah, tapi juga semua orang yang memegang senjata," serunya. 
 
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa kedua pihak berseteru di Syria sama-sama memiliki peran atas jatuhnya banyak korban warga sipil di Houla. "Wilayah tersebut di bawah kontrol pemberontak, tapi juga dikepung oleh pasukan pemerintah," tutur Lavrov setelah bertemu dengan Menlu Inggris William Hague.
 
"Kesalahan harus ditimpakan secara objektif. Tidak ada yang menyatakan tentara pemerintah tidak bersalah. Sama dengan milisi bersenjata, tidak yang menyatakan bahwa mereka tidak bersalah," tandasnya.
 
Lavrov dan Hague sepakat soal upaya meningkatkan implementasi gencatan senjata usulan Annan. Rancangan damai itu sudah disepakati kedua pihak dengan melakukan gencatan senjata sejak 12 April lalu. (RTR/AFP/AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sopir Pelindas Bocah di China Mulai Diadili


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler