jpnn.com, JAKARTA - Semangat Indonesia Incoporated yang dikumandangkan Menpar Arief Yahya terus bergulir. Kali ini respons datang dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
OJK menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Pembiayaan Industri Pariwisata melalui Pasar Modal yang digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Hotel Borobudur, Jakarta.
BACA JUGA: Genjot Homestay untuk Dongkrak Amenitas di Danau Toba
Hadir yang mewakili Kemenpar dalam acara tersebut adalah Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar Hiramsyah Thaib. Pria yang biasa disapa Hiram itu mengatakan, FGD ini adalah bentuk dukungan dari OJK kepada Sektor Pariwisata yang merupakan Sektor Prioritas Indonesia.
”Ini bagian tindak lanjut OJK dan Kemenpar setelah menandatangani MoU dengan Kemenpar dan dilanjutkan serangkaian pertemuan yang intens antara OJK dan Kemenpar. Kita akan terus mengusung semangat Indonesia Incoporated,” ujar Hiram.
BACA JUGA: Kemenpar Ikut FGD OJK Bertema Pembiayaan Industri Pariwisata
Dalam acara tersebut, FGD dibuka dengan sambutan dari Deputi Komisioner Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi, dilanjutkan dengan paparan Strategi Pengembangan Kepariwisataan Indonesia oleh Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Hiramsyah S. Thaib.
Selain itu ada juga paparan oleh Managing Director Bahana TCW Sony Kusumo, paparan oleh empat perusahaan yang masuk dalam kawasan prioritas yaitu Direktur Utama PT Banten West Java Tanjung Lesung Poernomo, Managing Director PT Sura Parama Setia David Makes.
BACA JUGA: Ayo, Perbanyak Desa Wisata di Sekitar Destinasi Unggulan
"David Makes dengan Sustainable Management Group dalam FGD memaparkan potensi pengembangan resort di Kawah Ijen Banyuwangi sedangkan paparan perihal pengembangan kawasan report terpadu Mandalika Lombok oleh Vice CEO PT ITDC Jatmiko dan kemudian yang terakhir adalah
paparan pengembangan resort terpadu di Belitung oleh Belitong Maritime Silk Group atau Hotel Dharmawangsa Group," beber Hiramsyah.
Hiram menambahkan, keempat resort yang dikembangkan tersebut bisa dibilang merupakan kawasan pariwisata terpadu yang mempunyai keunggulan tingkat dunia dan dikelola oleh pengembang yang sudah mempunyai reputasi dan track record berstandar kelas dunia.
"Seperti misal Mandalika Lombok , tahun lalu dinonatkan sebagai World Best Halal Destinastion. PT ITDC ( International Tourism Development Corporation ) sebagai pemilik dan pengelola Mandalika, adalah juga pemilik dan pengelola kawasan pariwisata Nusa Dua Bali yang merupakan salah satu kawasan pariwisata terbaik di dunia terutama untuk event-event MICE kelas dunia," katanya.
Sekadar informasi, Nusa Dua Bali juga di bulan Oktober tahun 2018 akan kembali menjadi tempat berlangsungnya event kelas dunia yaitu Annual Meeting World Bank dan IMF yang akan dihadiri oleh tidak kurang dari 20.000 delegasi dari 189 negara.
Dalam acara kemarin, para hadirin sangat antusias mendengarkan paparan Hiramsyah dan begitu bersemangat saat mendapatkan informasi bahwa sektor pariwisata adalah 1 dari 5 sektor prioritas yang ditetapkan pemerintah serta merupakan sektor unggulan Indonesia.
Kata Hiram, pariwisata dalam 2 tahun terakhir, mencatat tingkat pertumbuhan diatas 10% , merupakan salah satu tingkat pertumbuhan tertinggi diantara para sektor. Sektor pariwisata untuk Indonesia dikenal sebagai sektor yang paling mudah dan murah dikembangkan .
"Apalagi ternyata data-data investasi di sektor pariwisata mencatat pertumbuhan yang sangat tinggi dan didominasi oleh FDI. Tentu para investor lokal tidak ingin ketinggalan kesempatan untuk segera berinvestasi," kata Hiram.
Dia juga berharap, dengan digelarnya FGD tersebut, dapat dihasilkan tindak lanjut berupa program pembiayaan untuk industri pariwisata .
Turut hadir dalam FGD ini adalah, PT Bahana TWC Investment, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Nikko Securities Indonesia, PT Banten West Java, PT Sura Parama Setia, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), Belitung Maritime Silk Road Consortium, Pengurus Indonesia Investment Club Perusahaan-perusahaan Asuransi dan Dana Pensiun.
Seperti diketahui, belum lama ini, OJK dan Kemenpar menandatangani nota kesepahaman dalam rangka mendukung program pemerintah untuk pembangunan dan pengembangan 10 destinasi pariwisata baru di Indonesia, yaitu Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan, OJK memahami bahwa industri pariwisata adalah industri yang memiliki kharakteristik backward dan forward linkage yang besar. Majunya industri pariwisata akan mendorong berkembangnya berbagai industri seperti industri perhotelan, transportasi, kuliner, kerajinan, dan lain sebagainya.
"OJK juga memahami sektor pariwisata menghasilkan devisa negara terbesar nomor empat setelah sektor pertambangan dan perkebunan. Pengembangan 10 destinasi pariwisata baru tersebut sangat besar potensi bagi Negara untuk meningkatkan pendapatannya sehingga diperkirakan akan menjadi Rp 240 Triliun pada 2019.
Dengan adanya pengembangan 10 destinasi pariwisata baru, diharapkan juga akan menambah lapangan pekerjaan sebanyak 13 juta jiwa dan akan menambah wisatawan mancanegara menjadi sebesar 20 juta jiwa," ujar Muliaman.
Namun demikian, tak dapat dipungkiri jika pengembangan industri pariwisata perlu modal lebih. Objek wisata yang begitu indahnya tanpa dukungan infrastruktur yang memadai tentu akan sulit untuk dikembangkan, begitupun dengan industri pendukung lainnya.
"Oleh karena itu, potensi yang sangat besar tersebut seharusnya disambut positif oleh lembaga jasa keuangan dengan meningkatkan kredit atau pembiayaan, serta investasi langsung dalam rangka pengembangan 10 destinasi pariwisata baru tersebut," tuturnya.
Melalui nota kesepahaman ini, concern-concern tersebut dapat dijembatani dan diwujudkan sehingga dapat dihasilkan sinergi yang mampu meningkatkan industri pariwisata kita.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antara Anyer dan Jakarta Sheila Majid Ajak Wisman Berwisata ke Indonesia
Redaktur & Reporter : Budi