jpnn.com, JAKARTA - Pakar epidemiologi dr Tifauzia Tyassuma menyoroti masuknya varian baru covid-19 B 1.1.7 asal Inggris ke Indonesia.
Dia mempertanyakan efektivitas vaksinasi Sinovac yang sedang gencar dilberikan pemerintah untuk melawan penularan mutasi virus tersebut.
Menurutnya, saat ini terdapat 220 kandidat vaksin anticovid-19 yang sedang dikembangkan dalam bentuk eksperimen. Vaksin tersebut belum diketahui bisa melawan varian baru covid-19
"Vaksin baru lahir dari laboratorium dan dilakukan uji klinis hingga tahapan ketiga. Nah, semua ini belum teruji di lapangan (untuk melawan varian baru, red)," katanya dalam kanal Hersubeno Arief Point di YouTube Kamis (4/3).
BACA JUGA: Ganjar Memastikan TKI Penyintas Varian Baru Covid-19 sedang Isolasi Mandiri dan Diawasi Ketat
Menurutnya, dalam uji klinis fase 3, subjek penelitiannya adalah manusia yang steril. Seharusnya, kata dia, subjek uji klinis adalah manusia yang kondisinya sesuai dengan kenyataan di lapangan.
"Itu sangat tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan. Vaksin itu nanti bertemu dengan variasi manusia yang sangat banyak," sambungnya.
BACA JUGA: Penyintas Varian Baru Covid-19 kembali ke Brebes, Pak Ganjar: Jangan Lengah!
Dia mengingatkan pentingnya dilakukan post marketing evaluation yang baru bisa dilaksanakan setelah enam bulan pemberian vaksin covid-19.
Saat itulah, menurutnya, baru terungkap vaksin yang sudah dijual dan disebar ini memiliki titel antibodi menangkal serangan virus yang sesungguhnya.
Menurutnya, vaksin yang diterima Presiden Jokowi juga baru akan diketahui manfaatnya setelah enam bulan usai mengikuti vaksinasi.
"Semuanya sepakat mereka harus di-booster setiap enam bulan sekali. Semua vaksin enggak hanya Sinovac. Jadi jangan lupa Juli nanti Pak Jokowi harus vaksinasi lagi," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad