Veronica adalah sosok penting di balik kesuksesan karir politik Basuki Tjahaja Purnama. Sebagai istri, Veronica berupaya menjadi pendamping yang menyejukkan perjuangan calon wakil gubernur DKI terpilih itu.
= = = = = = = = =
SUATU ketika Veronica diajak berbicara serius oleh suaminya, Basuki Tjahaja Purnama. Ahok ,begitu pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966 itu biasa disapa‚ ternyata menyampaikan rencananya sebagai calon wakil gubernur (cawagub) dalam pilgub DKI Jakarta.
Sebagai istri yang sangat memahami posisi suaminya, Veronica pun memberikan dukungan penuh. "Saya dukung dan setuju saja apa yang menjadi keputusan Bapak (Ahok, Red)," kata Veronica di Jakarta, Sabtu(22/9).
Karir politik Ahok dimulai dari menjadi anggota DPRD Bangka Belitung periode 2004-2009. Baru setahun menjadi wakil rakyat di parlemen lokal, Ahok memutuskan untuk maju dalam pilkada kabupaten. Kuatnya dukungan masyarakat membuat mantan direktur PT Nurindra Eka Persada (1992-2005) itu terpilih menjadi bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Pada pengujung Desember 2006, Ahok mengajukan pengunduran diri sebagai bupati. Dia berancang-ancang hendak maju dalam pilgub Bangka Belitung pada 2007. Tapi, saat itu Ahok terpeleset. Dia gagal meraih suara terbanyak.
Sesuai dengan peraturan yang berlaku, Ahok tidak diperbolehkan kembali menduduki jabatannya sebagai bupati Belitung Timur. Setelah pilgub usai, Ahok memutuskan hijrah ke Jakarta bersama keluarga.
"Saya ikut pindah ke Jakarta pada saat Bapak kalah dalam pemilihan gubernur di Bangka 2007. Sesuai dengan peraturan daerah, Bapak tidak boleh kembali menduduki jabatan bupati lagi waktu itu," cerita perempuan kelahiran Medan, Sumatera Utara, 6 September 1977 itu.
Pada Pemilu 2009, dengan menggunakan kendaraan Partai Golkar Ahok maju sebagai caleg dari daerah pemilihan Bangka Belitung. Awan cerah kembali menaungi jalan karir Ahok. Dia melenggang ke Senanyan dengan perolehan suara lebih dari 35 ribu.
Selama di DPR, Ahok dikenal kritis. Bukan hanya kepada mitra kerja, tapi juga terhadap perilaku kolega sesama anggota dewan. Semua pandangan kritisnya dipublikasikan sendiri melalui situs pribadinya, https://ahok.org.
"Bapak itu orangnya apa adanya. Tegas untuk hal-hal yang berprinsip. Kalau benar ya benar, kalau salah ya salah. Orangnya baik dan punya empati kepada rakyat. Makanya, dia berjuang merebut keadilan untuk rakyat," tuturnya setengah berpromosi.
Proses pertarungan dalam pilgub DKI terbilang keras. Salah satunya terkait dengan isu bernuansa SARA yang mengarah kepada pasangan Jokowi-Ahok. Secara lebih spesifik, serangan itu mengarah kepada Ahok yang berlatar belakang etnis Tionghoa. Meski begitu, Veronica mengaku tidak merasa tertekan. Apalagi, sampai stres.
"Soal SARA itu bukan kali pertama kami alami. Waktu maju jadi bupati Belitung Timur dan gubernur Bangka Belitung dulu, isu semacam itu juga menjadi serangan empuk. Jadi, kami sudah terbiasa menghadapinya," ujar Veronica.
Yang juga menarik, di tengah suasana ingar-bingar pilgub DKI, ternyata Veronica baru sekali bertemu pasangan suaminya, calon gubernur Joko Widodo alias Jokowi. "Saya baru sekali bertemu Pak Jokowi saat kampanye. Beliau memang sangat sibuk. Selain berkampanye di Jakarta, beliau menjabat wali kota Solo," katanya lantas terseyum.
Veronica malah belum pernah bertemu istri Jokowi, Iriana. "Belum sempat bertemu Ibu Jokowi, karena beliau kan masih di Solo," ucap Veronica.
Di antara berbagai kebijakan dan program yang dikampanyekan duet Jokowi-Ahok, Veronica mendukung penuh komitmen untuk memperkuat lagi budaya Betawi. Salah satunya mewajibkan PNS (pegawai negeri sipil) di lingkungan Pemda DKI Jakarta mengenakan pakaian bernuansa Betawi setiap Kamis.
"Rencana itu bagus. Biar budaya Betawi berkembang dan tidak dilupakan warganya sendiri," katanya.
Sehari-hari Veronica adalah ibu rumah tangga dengan tiga buah hati. Yakni, Nicholas, 14; Nathania, 11; dan Daud Albeenner, 6. "Keseharian saya ngurusin anak dan melakukan pelayanan musik di gereja," ujarnya.
Saat ditanya soal makanan yang disukai Ahok, dia menjawab mantap. "Bapak suka makanan yang direbus dan tumis," kata Veronica. (pri/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menelusuri Jejak-Jejak Komunisme di Ulan Bator, Mongolia
Redaktur : Tim Redaksi