jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum IDI Daeng M. Faqih mengaku sudah menerima laporan tentang tingginya penularan Covid-19 varian Delta di Indonesia belakangan ini.
Menurut dia, dari 100 persen angka infeksi Covid-19 di Indonesia, sebanyak 80 persen di antaranya berasal dari varian yang pertama kali ditemukan di India.
BACA JUGA: IDI Gelar Konferensi Pers soal COVID-19, Tidak Ada Kabar Baik
Daeng pun mencontohkan angka pasien baru Covid-19 di sebuah RS. Di situ ada 211 pasien terkonfirmasi positif dan 160 di antaranya terindikasi kena varian Delta.
"Kalau diambil persentase sekitar 80 persen. Artinya varian Delta merajai di dalam lonjakan," kata Daeng dalam diskusi virtual bertema Benarkah Varian Baru Virus Covid-19 Makin Ganas yang diselenggarakan Partai Gelora di YouTube, Selasa (6/7).
BACA JUGA: IDI Sebut Sebanyak 401 Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19, Kami Turut Berduka
Menurut alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya itu varian Delta menyebabkan perburukan gejala lebih berat dibandingkan virus lain.
Setiap orang yang terinfeksi varian tersebut biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit (RS).
"Kalau kasus itu harus dirawat di rumah sakit, kasus itu ada di level sedang, berat, dan kritis," tutur dia.
Daeng mengatakan ada beberapa cara bagi pemerintah menanggulangi Covid-19 varian Delta. Satu di antaranya pembenahan di hilir yaitu perawatan di RS.
Setiap orang terjakiti varian Delta di RS sebaiknya memperoleh kamar tidur dan oksigen yang memadai. Makin cepat pasien terinfeksi ditolong, angka kesembuhan akan cepat naik.
Di sisi lain, kata pria kelahiran Pamekasan, Jawa Timur itu, pemerintah perlu memperbaiki sektor hulu menekan penularan varian Delta. Misalnya, pemerintah melaksanakan pengetatan aktivitas dan mobilitas secara efektif.
"Kedua strategi di hulu pendisiplinan prokes dengan sanksi. Di mana-mana pendisiplinan dengan sanksi tegas dilakukan. Di negara demokratis saja itu tegas banget," ungkap Daeng. (ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan