JAKARTA--Video kekerasan terhadap warga terduga teroris menyebar luas di dunia maya. Rekaman penganiayaan oleh personel polisi diduga dari Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Brigade Mobil diunduh ke Youtube oleh situs ArrahmahChannel pada Jumat, 1 Maret 2013 lalu.
Saat dikonfirmasi kebenaran video itu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan pihak kepolisian belum dapat memastikannya karena masih dalam proses pemeriksaan.
"Sekarang Brimob sudah diperiksa, kita tunggu nanti di peradilan. Tunggu aja, yang ada di Sulawesi Tengah ya. Kita tunggu ya hasilnya. Saya kira sudah diproses. Kita tunggu ya," kata Kapolri di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (3/3).
Namun, Timur enggan menjelaskan jumlah oknum Brimob yang diperiksa terkait video aksi kekerasan itu. Timur juga belum dapat memastikan keaslian video itu.
"Semua nanti peradilan nanti yang menentukan. Videonya masih dalam penelitian lebih lanjut. Sekali lagi, masih didalami," kelit Timur.
Seperti diketahui, video berdurasi sekitar 13.55 menit, berisi tindakan penganiayaan oleh polisi. Di dalam video tergambar jelas puluhan polisi berpakaian seragam. Sebagian di antara mereka mirip seragam Densus 88, serba hitam. Ada juga polisi berseragam Brigade Mobil. Mereka menenteng senjata laras panjang.
Pada menit awal terlihat beberapa warga dengan tangan terikat, berbaring di tengah tanah lapang sambil bertelanjang dada. Menit berikutnya, terlihat seorang warga dengan tangan terborgol berjalan menuju tanah lapang seorang diri. Terdengar suara teriakan petugas kepada orang tersebut agar membuka celana.
Sambil berjongkok dia membuka celana. Gambar berikutnya, orang tersebut sudah berdiri sambil berjalan, namun tiba-tiba tersungkur. Dia terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia dipaksa berjalan ke tanah lapang.
Orang itu diketahui bernama Wiwin setelah polisi menginterogasinya. Meski Wiwin bersimbah darah, polisi tetap saja menanyai dia tanpa berusaha untuk menolong. Bahkan ada di antara polisi yang justru mengingatkan Wiwin bahwa sebentar lagi akan mati. "Win istigfar, kamu sudah mau mati," kata seorang polisi kepada Wiwin. (flo/jpnn)
Saat dikonfirmasi kebenaran video itu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan pihak kepolisian belum dapat memastikannya karena masih dalam proses pemeriksaan.
"Sekarang Brimob sudah diperiksa, kita tunggu nanti di peradilan. Tunggu aja, yang ada di Sulawesi Tengah ya. Kita tunggu ya hasilnya. Saya kira sudah diproses. Kita tunggu ya," kata Kapolri di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (3/3).
Namun, Timur enggan menjelaskan jumlah oknum Brimob yang diperiksa terkait video aksi kekerasan itu. Timur juga belum dapat memastikan keaslian video itu.
"Semua nanti peradilan nanti yang menentukan. Videonya masih dalam penelitian lebih lanjut. Sekali lagi, masih didalami," kelit Timur.
Seperti diketahui, video berdurasi sekitar 13.55 menit, berisi tindakan penganiayaan oleh polisi. Di dalam video tergambar jelas puluhan polisi berpakaian seragam. Sebagian di antara mereka mirip seragam Densus 88, serba hitam. Ada juga polisi berseragam Brigade Mobil. Mereka menenteng senjata laras panjang.
Pada menit awal terlihat beberapa warga dengan tangan terikat, berbaring di tengah tanah lapang sambil bertelanjang dada. Menit berikutnya, terlihat seorang warga dengan tangan terborgol berjalan menuju tanah lapang seorang diri. Terdengar suara teriakan petugas kepada orang tersebut agar membuka celana.
Sambil berjongkok dia membuka celana. Gambar berikutnya, orang tersebut sudah berdiri sambil berjalan, namun tiba-tiba tersungkur. Dia terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia dipaksa berjalan ke tanah lapang.
Orang itu diketahui bernama Wiwin setelah polisi menginterogasinya. Meski Wiwin bersimbah darah, polisi tetap saja menanyai dia tanpa berusaha untuk menolong. Bahkan ada di antara polisi yang justru mengingatkan Wiwin bahwa sebentar lagi akan mati. "Win istigfar, kamu sudah mau mati," kata seorang polisi kepada Wiwin. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia-Malaysia Menghangat di Ambalat
Redaktur : Tim Redaksi