jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah selebaran berisi ajakan aksi bela Islam sebagai bentuk protes atas ucapan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas viral di media sosial.
Pantauan JPNN.com, aksi bela Islam itu konon bakal digelar di berbagai daerah. Antara lain, di Mataram, NTB hingga Cirebon dan Cibinong di Jawa Barat.
BACA JUGA: Ini Lho Rumah RR yang Digerebek Prajurit TNI AL Tengah Malam, Ditemukan 75 Pria dan Wanita
Pada selebaran aksi di NTB terdapat empat logo organisasi masyarakat.
Keempat logo ormas itu, yakni FPI, Perhimpunan Ulama dan Tokoh Umat NTB, Peduli Perjuangan Keumatan, dan Alumni Persaudaraan 212.
BACA JUGA: Ulama NU Ini Sampaikan Pesan Penting untuk Jokowi soal Menag Yaqut
Pada bagian tengah bertuliskan ajak putihkan Lombok, serta pecat dan hukum Menteri Agama Yaqut yang dianggap penista azan.Lalu, pada bagian bawah bertuliskan Umat Islam NTB Bersatu Menuju Kemenag Provinsi & DPRD Provinsi NTB.
Aksi itu rencananya bakal digelar pada Rabu (2/3) dengan titik kumpul massa di Sekarbela dan Islamic Center Mataram.
BACA JUGA: ABG Jadi Korban Perbudakan Seksual di Rumah Perwira Polisi, Kompolnas Bereaksi, Tegas!
Kabid Humas Polda NTB Kombes Artanto mengaku belum mengetahui selebaran tersebut.
Oleh karena itu, dia bakal mengecek terlebih dahulu kebenaran rencana aksi itu.
"Saya cek dahulu, karena saya belum baca selebaran tersebut," kata Artanto saat dikonfirmasi JPNN.com dari Jakarta pada Selasa (1/3).
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan aturan pengeras suara di masjid dan musala sebagai pedoman untuk meningkatkan manfaat dan mengurangi hal yang tidak bermanfaat.
Sebab, di negara yang mayoritas berpenduduk muslim ini terdapat banyak masjid dan musala yang berdekatan.
"Kita bayangkan, saya muslim, saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?" ucapnya.
BACA JUGA: ABG Jadi Korban Perbudakan Seksual di Rumah Perwira Polisi, Ketua IPW Berkomentar Begini
Pria yang beken disapa dengan panggilan Gus Yaqut itu lantas memberikan contoh lainnya dengan menjadikan gonggongan anjing sebagai analogi.
"Contohnya lagi, misalkan tetangga kita, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya, menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan," tutur Gus Yaqut. (cr3/fat/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama