Itu terjadi setelah pasangan Ade Candra Rachmawan/Dadang Mustafa sukses menekuk Bali I yang diisi I Wayan Wardhana/I Putu Juniartha di partai final dengan skor 2-0 (21-16, 22-20) di Bengkalis, Riau, kemarin (17/9).
Kemenangan tesebut merupakan hat-trick bagi tim voli putra Jogjakarta. Pada 2004, pasangan Suratno/Koko sukses menjadi pembuka dominasi Jogjakarta. Sukses itu berlanjut di PON 2008 ketika pasangan Suratno/Dian Putro Santoso berhasil melaju ke tangga juara. Padahal, sebelum bertanding di PON, prestasi tim voli putra Jogjakarta selalu berada di bawah bayang-bayang Bali. Di beberapa sirkuit, Dadang/Candra selalu gagal melaju tangga juara.
Pada sirkuit terakhir di Bali, mereka hanya sampai babak delapan besar. Padahal, Jogjakarta memiliki Ade Candra yang merupakan pilar timnas di Asian Games 2010, SEA Games 2011, serta Asian Beach Games 2012. Evaluasi besar-besaran pun dilakukan. Pengprov PBVSI Jogjakarta akhirnya memaksa Koko membantu Joko untuk memoles Dadang/Candra.
"Kelihatannya, anak-anak memang mengalami penurunan grafik sebelum PON. Sebenarnya, pas di PON anak-anak juga baru bagus di set kedua di final. Di babak-babak sebelumnya, kemampuan individu pemain seperti hilang. Hasil tersebut harus kami syukuri karena membuktikan pembinaan dan regenerasi di Jogjakarta berjalan baik," tegas Koko.
Sementara itu, juara di sektor putri berhasil disabet Nusa Tenggara Barat (NTB). Pasangan Putu Dini Jasita/Dhita Juliana sukses menekuk Jatim I yang digawangi Dewi Wulandari/Elmi Mufida dengan skor 2-0 (21-7,21-12). Itu merupakan gelar pertama bagi NTB. Pada PON 2004, emas disabet DKI Jakarta. Empat tahun berselang, giliran Papua yang berhasil melaju ke tangga juara.
Secara pengalaman, NTB memang terlihat lebih bagus. Putu Dini dan Dhita merupakan pilar Indonesia di Asian Beach Games 2012. Mereka juga kerap bertanding di berbagai kejuaraan internasional. (ru/ovi/c14/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tibo Akhirnya Dipulangkan
Redaktur : Tim Redaksi