jpnn.com, JAKARTA - Bangladesh sedang berjuang menghadapi wabah demam berdarah dengue (DBD) paling mematikan dalam lima tahun terakhir, sehingga mendorong para pakar kesehatan menyerukan diberlakukannya darurat kesehatan masyarakat nasional.
Pada Selasa, dilaporkan sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat wabah tersebut, jumlah kematian tertinggi dalam sehari sepanjang tahun ini, menjadikan total korban meninggal menjadi 127. Sembilan di antaranya berasal dari ibu kota Dhaka.
BACA JUGA: Jumlah Kasus DBD Malaysia Meningkat 207 Persen
Sementara itu, ada 1.533 pasien rawat inap baru, sehingga meningkatkan jumlah total kasus sepanjang tahun ini mencapai 24 ribu, menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS).
Tingkat kematian akibat demam yang ditularkan nyamuk ini menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, menurut DGHS.
BACA JUGA: Musim Hujan, Pemkot Imbau Warga Palembang Waspada DBD
Korban meninggal lebih banyak wanita, sementara pria lebih mudah tertular. Orang-orang usia antara 18-40 tahun lebih mudah tertular dan meninggal, menurut DGHS, yang menyatakan 24 dari total kematian terjadi pada anak-anak.
Menurut data Kementerian Kesehatan, 80 orang meninggal dunia akibat DBD pada 18 hari pertama Juli, sementara hanya ada sembilan kematian pada periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA: Politikus PSI Minta Pemprov DKI Tangani Cepat Wabah DBD
Spesialis kesehatan publik dalam suatu acara pada Senin di Dhaka mengenai situasi DBD yang diselenggarakan Asosiasi Medis Bangladesh (BMA), mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan lebih luas karena situasi makin tak terkendali.
Pakar kesehatan publik Mushtuq Hussain dalam acara itu mengatakan situasi DBD yang berlaku sekarang adalah darurat kesehatan masyarakat.
Bangladesh melaporkan jumlah kematian tertinggi akibat DBD pada 2022, ketika 281 orang meninggal dunia akibat penyakit tersebut. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif