Waduh! Ahli Sebut Ada Indikasi Peralihan Dana Asing ke Amerika, Kok Bisa?

Senin, 05 April 2021 – 13:37 WIB
Uang dalam bentuk dolar AS (USD) dan rupiah (Rp). Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menyebutkan, ada indikasi peralihan dana asing yang ditempatkan di Indonesia ke Amerika Serikat dalam sebulan terakhir.

Dia menuturkan, pada Maret, dana asing keluar dari pasar saham Rp 2,4 triliun dan dari pasar obligasi sebesar Rp 20 triliun dalam sebulan.

BACA JUGA: Gegara Corona, Dana Asing Kabur dari Indonesia Rp 145,1 Triliun

"Memang ada indikasi sedang ada peralihan aliran dana asing kembali ke Amerika dikarenakan ada potensi gain tambahan akibat tingginya kenaikan yield US treasury," ujar Nico di Jakarta, Senin (5/4).

Nico menjelaskan, dalam sebulan terakhir sebetulnya imbal hasil (yield) obligasi AS dan imbal hasil surat berharga negara (SBN) sama-sama naik.

BACA JUGA: Duh! Corona Bikin Ratusan Triliun Dana Asing Kabur dari Indonesia

Dia memaparkan, imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 34 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 1,74 persen dalam sebulan.

Kemudian, imbal hasil SBN 10 tahun naik 14 bps dari 6,77 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 6,92 persen dalam sebulan.

"Tetapi, karena yield US treasury naik begitu cepat, makanya spread jadi mengecil," kata Nico.

Pada sebulan, selisih (spread) antara imbal hasil (yield) obligasi AS dan imbal hasil SBN menyempit 20 bps, dari sekitar 537 bps pada akhir Februari menjadi 518 bps pada akhir Maret.

Menurut Nico, memang tren kenaikan imbal hasil yang tengah naik ini tentu memberatkan pemerintah untuk membayar beban bunga.

"Makanya, selama sebulan ini pemerintah selalu tidak maksimal menyerap dana lelang karena memang pemerintah harus selektif dalam menyerap dana dari pelaksanaan lelang tersebut agar tidak terkena risiko beban bunga yang terlalu besar," ujar dia.

Dia menambahkan sebagian besar defisit APBN memang dominan akan dibiayai oleh penerbitan SBN, sedangkan sisanya dalam porsi yang lebih sedikit dibiayai oleh pinjaman utang dalam dan luar negeri.

Analis Bina Artha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, jika imbal hasil obligasi RI naik, maka kewajiban untuk membayar bunga juga naik. Pada kondisi tersebut, memang berat bagi Kementerian Keuangan untuk menerbitkan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Mau tidak mau untuk menarik minat asing masuk ke obligasi RI, pemerintah mesti menerbitkan SUN dengan yield yang lebih tinggi. Supaya menjadi menarik," ujar dia. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler