jpnn.com, SEMARANG - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yassin Limpo terus mendorong anak-anak muda termasuk kalangan milenial mau bertani. Dia meyakini generasi muda menjadi penentu kemajuan pertanian nasional.
Menurut Mentan, estafet petani selanjutnya berada pada pundak generasi muda. Sebab, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
BACA JUGA: Kementan Keluarkan Sertifikat agar Sabut Kelapa Jabar Banjiri Tiongkok
“Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka,” paparnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mempertegas pendapat Menteri SYL. Menurutnya, keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.
BACA JUGA: Sayuran Modifikasi Ala Iip Irpan, Petani Milenial Asal Tasikmalaya
“Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir,” ujarnya, Senin (04/05).
Salah satu contoh milenial yang menekuni pertanian adalah Shofyan Adi Cahyono. Pemuda asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah itu kini menjadi Duta Petani Milenial.
BACA JUGA: Berbisnis Alsintan, Petani Milenial Masih Raup Banyak Duit di Masa Pandemi COVID
Koordinator Jabatan Fungsional Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang Iswanto mengatakan, Shofyan merupakan sosok petani yang sukses dan menjadi magnet bagi generasi milenial untuk mau bertani.
“Sebutan petani sekarang populer dipanjangkan menjadi Pemuda Tampan Masa Kini. Hal ini tak lepas dari kehadiran Shofyan Adi Cahyono sebagai Duta Petani Milenial yang memberi warna bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk tampil mengambil peran di sektor pertanian, “ ujar Iswanto.
Iswanto juga menyodorkan contoh lain, yakni Hadi Suprapto, petani milenial dari Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Hadi merupakan pengelola Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Manunggal di Kecamatan Jambu.
“Saat ini Hadi bersama anggotanya mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi Gunung Kelir sudah diekspor hingga Australia,” ungkapnya.
Mereka juga merintis wisata edukasi proses pembuatan dan pengolahan kopi. Wisatawan bisa datang langsung ke lokasi P4S untuk bersama-sama melakukan proses pengolahan biji kopi menjadi bubuk yang siap saji.
Ada juga nama Siwi Andriani, petani milenial di Kecamatan Bandungan, Kabupatan Semarang yang fokus pada pengembangan usaha tanaman aglaonema. Tanaman yang lebih dikenal dengan sebutan Sri Rejeki itu menjadi andalan Kabupaten Semarang dan telah dibudidayakan di kaki Gunung Telomoyo dan Merbabu.
Munculnya tren positif itu merupakan hasil pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya. Ke depan diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda.(eno/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni