Wajarlah Brasil Heboh, Kalahnya Sampai Puluhan Gol!

Kamis, 19 November 2020 – 11:22 WIB
Penjaga gawang Taboao da Serra, Fran Vieira da Silva, saat pertandingan melawan Palmeiras dalam Kejuaraan Putri Paulista di mana kedudukannya 13-0. Klub sepak bola putri kecil ini kalah lagi 29-0 melawan klub besar di Sao Paulo. (REUTERS/AMANDA PEROBELLI)

jpnn.com, BRASIL - Peristiwa tak biasa terjadi di Brasil dan menjadi pembicaraan yang membuat heboh.

Tim putri Taboao da Serra dikabarkan mengalami kekalahan hingga 29-0 pada pertandingan liga bulan lalu,

BACA JUGA: Jelang Laga Lawan Barcelona, Gelandang Atletico Malah Positif COVID-19

Klub kecil tersebut berbasis di luar kota Sao Paulo.

Kekalahan mengerikan itu menjadi berita utama di seluruh dunia.

Ternyata itu bukan satu-satunya.

BACA JUGA: Albania Salip Belarusia, Rebut Tiket Promosi ke Divisi B UEFA Nations League

Tim ini juga kalah dalam tiga pertandingan berikutnya dengan skor masing-masing 14-0, 10-0 dan 16-0.

Kekalahan tersebut membuat Taboao da Serra tersingkir dari kejuaraan negara bagian Sao Paulo pada babak penyisihan grup.

Hasil ini memicu perdebatan lain tentang daya saing sepak bola putri Brasil.

BACA JUGA: Jerman Dibantai Spanyol Dengan Sangat Memalukan, Begini Nasib Joachim Loew

Bahkan sudah diperkirakan bakal ada reaksi balik yang tentu saja ejekan seksis.

“Ketika kami kalah mereka bilang sepertinya seluruh tim terkena COVID-19, tak usah repot-repot bermain, hal-hal semacam itulah, Anda tahu sendiri," ujar kapten Lohane Ferreira.

“Mereka berbicara seolah-olah sepak bola hanya untuk laki-laki, bahwa perempuan mestinya tinggal di rumah saja mencuci piring, seperti budak pria. Sebagian besar pemain mendapatkan pesan semacam ini."

Hasil dan pesan-pesan itu mencerminkan tantangan yang dihadapi sepak bola putri di Brasil.

Bangsa Amerika Selatan ini terkenal sebagai rumah spiritual sepak bola; tempat kelahiran Pele, Ronaldo Nazario, Neymar dan satu-satunya negara yang lima kali menjuarai piala dunia.

Tim putri mereka juga kompetitif di pentas dunia.

Namun, ketika pemain-pemain top seperti Marta, satu-satunya wanita yang enam kali memenangkan penghargaan pemain terbaik dunia, dapat hidup nyaman di luar negeri, mayoritas pemain putri yang bermain di Brasil mengalami kesulitan.

Bahkan klub-klub senior dituduh tidak memberikan peralatan atau fasilitas yang sama dengan tim putranya dan gaji yang sama adalah mimpi besar.

Taboao hanya mengamankan satu lapangan latihan tiga hari, sebelum liga tahun ini dimulai dan para pemainnya memikul hampir semua tanggung jawab dalam mempersiapkan, berlatih, dan bermain.

"Kami tak mendapatkan bantuan lain, bahkan sepatu," kata gelandang Alieni Baciega Roschel.

"Semua pemain harus membayar perlengkapannya sendiri. Mereka membayar dengan cara mereka sendiri agar bisa pergi berlatih. Masing-masing dari mereka menghabiskan antara 20 reais dan 30 reais (Rp52 ribu dan Rp79 ribu) sehari untuk transportasi, beberapa pemain butuh waktu dua atau bahkan tiga jam agar bisa pulang, beberapa lagi datang langsung sehabis pulang kerja."

Ketersingkiran mereka berarti tidak ada pertandingan kompetitif sampai paling tidak tahun depan dan membuat masa depan tim putri ini pun diragukan.

Taboao, seperti banyak klub di Brasil, menghadapi kesulitan keuangan dan memutuskan bahwa tahun depan akan memfokuskan semua sumber daya kepada tim putra.

Namun para pemain telah bersumpah untuk terus bermain. Mereka optimistis menatap masa depannya.

"Memasuki lapangan dan menyaksikan mereka (para pemain tim putri Brasil) sungguh mendebarkan, pengalaman terbaik yang pernah saya miliki," kata Ferreira tentang sejumlah lawannya yang lebih terkenal.

"Terlepas semua kesulitan ini, sepak bola adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan dalam hidup saya. Saya bisa bercerita kepada anak cucu saya bahwa saya pernah bertanding melawan mereka," pungkas dia seperti dikutip Reuters.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler