Wakil Ketua MPR: Kesenjangan Akses Kesehatan Bagi Perempuan Harus Segera Diatasi

Selasa, 06 Februari 2024 – 23:21 WIB
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat hadir dalam acara 'Temu Perempuan bertema Perempuan Sehat, Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera, Indonesia Jaya' dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia di Hotel Griptha Kudus, Jawa Tengah, Selasa (6/2). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, KUDUS - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat meminta kesenjangan upaya pencegahan dan pengobatan kanker untuk menyelamatkan kehidupan perempuan harus segera diatasi.

Hal ini dalam rangka pemberdayaan para Ibu Bangsa yang melahirkan generasi penerus tangguh di masa depan.

BACA JUGA: Cara Efektif Melawan Kanker Payudara dengan Tes Mutasi Genetik BRCA

"Sejatinya perempuan itu adalah tiang negara. Dari perempuan yang sehat dan tangguh keluarga sejahtera dapat diwujudkan. Untuk itu kesenjangan akses kesehatan bagi perempuan harus segera diatasi," kata Lestari Moerdijat.

Lestari menyampaikan hal tersebut dalam acara 'Temu Perempuan bertema Perempuan Sehat, Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera, Indonesia Jaya' dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia di Hotel Griptha Kudus, Jawa Tengah, Selasa (6/2).

BACA JUGA: Ada Polip di Bagian Usus, Mpok Atiek: Berpotensi Kanker

Menurut Rerie yang akrab disapa, kualitas kesehatan perempuan patut mendapatkan perhatian menyeluruh, karena perempuan memiliki tugas sebagai ibu, pendidik dan pendamping tumbuh kembang setiap anak yang dilahirkan.

Dia berpandangan penyakit kanker salah satu momok kehidupan yang berdampak pada kesehatan dan daya kreasi perempuan.

BACA JUGA: Pernah Berpikir Bunuh Diri Saat Divonis Kanker, Aldi Taher Cerita Begini

"Untuk menyelamatkan para ibu dan anak perempuan dari ancaman kanker, peningkatan pemahaman dan kesadaran akan bahaya kanker payudara maupun kanker lainnya merupakan keharusan," tegasnya.

Karena itu, lanjut Rerie, melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai upaya untuk mendeteksi sejak dini harus dipahami masyarakat untuk menekan risiko terkena kanker.

Sejumlah upaya diakui legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, sudah dilakukan pemerintah terkait penanggulangan kanker di tanah air.

Mulai dari meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim (2023-2030).

Gerakan pemerintah itu merupakan bagian dari upaya mencapai visi Indonesia bebas kanker pada 2030.

"Bila tidak melakukan apa-apa dengan waktu yang tinggal enam tahun ini, sulit untuk merealisasikan bebas kanker di tanah air. Mari bersama-sama kita masyarakatkan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dan segera dimulai dari diri kita sendiri," ujar Rerie.

Hadir pada acara tersebut Okky Asokawati (Psikolog, founder OkkyWalla Modelling) dan dr. Christina Maria (Ahli Kesehatan AMAN Health) sebagai narasumber talkshow.

Selain itu hadir pula Salina Nordin (Founder dan CEO PT. Dompet Aman Indonesia), Chief CSR Officer Media Group Lisa Luhur Schad dan sejumlah komunitas penyintas kanker dari Pantura Cancer Community (Pancacom), Oncology Kensaras Community (OKC), anggota DPRD Kudus dan masyarakat Kudus.

Pada kesempatan itu juga dilakukan pelatihan tutorial hijab cantik oleh fashion stylist dari Izzati Zahra dan sosialisasi metode deteksi dini kanker payudara SADARI (periksa payudara sendiri), hiburan musik hingga bagi-bagi doorprize yang menambah kemeriahan acara Temu Perempuan dalam rangka Memperingati Hari Kanker Sedunia 2024.

Pada kesempatan talkshow, dr Christina Maria mengungkapkan bahwa tren kanker payudara menunjukkan peningkatan, setidaknya pada 2022 tercatat 67 ribu kasus baru.

Christina menyarankan agar pada rentang usia 20 tahun ke atas perempuan harus melakukan deteksi dini, bisa dimulai dengan metode SADARI.

Menurut dia, manusia akan berisiko 20-30 persen lebih besar terkena kanker, bila ada keluarga yang terkena satu level keturunan di atasnya.

Okky Asokawati (Psikolog, founder OkkyWalla Modelling) berpendapat, sebagai perempuan Indonesia bila terkena kanker payudara tidak saja menderita karena penyakitnya.

Namun, lanjut Okky, juga berpotensi terkena krisis identitas karena merasa tidak sempurna sehingga perempuan penderita kanker perlu dukungan motivasi dari lingkungan sekitarnya.

Pada kesempatan itu juga dibahas sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat terkait kesehatan payudara dan dr Christina mencoba untuk meluruskannya.

Dia berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya kesehatan payudara berdasarkan informasi yang benar. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler