Walhi: Jakarta Butuh Pohon, Bukan Beton

Jumat, 31 Januari 2020 – 08:02 WIB
Aktivis Walhi melakukan aksi di depan gedung Balai Kota Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/aww.

jpnn.com, JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta secara tegas menolak revitalisasi Monas yang sekarang tengah dijalankan Pemprov DKI. Menurut mereka, Jakarta membutuhkan pohon, bukan beton.

Walhi menyatakan bahwa dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota. Sementara Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 661,5 km persegi hanya memiliki 9,8 persen RTH dan masih jauh dari angka 30 persen.

BACA JUGA: Memperkuat Kalimantan Sebagai Paru-paru Dunia, Syarief Hasan MPR RI Tanam Pohon

"Bukannya mengejar pemenuhan RTH, Pemprov malah mengurangi, yakni di kawasan Monas dengan proyek revitalisasi kawasan Monas yang berlangsung sejak Januari awal dan sudah menuai banyak protes dari masyarakat Jakarta," kata aktivis Walhi Jakarta Rehwinda Naibaho dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (30/1).

Karena itulah, kata Rehwinda, pihaknya melakukan aksi demonstrasi di Balai Kota Jakarta, Kamis ini, pasalnya mereka menilai pengalihfungsian lahan ini tidak hanya berdampak pada semakin berkurangnya ruang terbuka hijau Jakarta, tetapi berkurangnya sumber penyerap polutan Jakarta dan serapan air.

BACA JUGA: Anak Buah Anies Klaim Pohon Korban Revitalisasi Monas Hanya Dipindahkan

"Kita juga perlu mengingatkan bahwa Januari awal, Jakarta dilanda banjir yang lebih parah dibandingkan sebelumnya, tentu ini adalah dampak dari hilangnya RTH akibat alih fungsi lahan. Bahkan Jumat, 24 Januari 2020, kawasan Monas juga sempat tergenang air dan kami menduga ini adalah dampak dari proyek revitalisasi kawasan Monas," katanya.

Selain itu, dengan permasalahan lingkungan di Jakarta yang sangat kompleks, selain krisis RTH, Jakarta juga memiliki persoalan polusi yang juga tidak membaik, tahun lalu di mana kota ini berapa kali menempati posisi salah satu kota paling tercemar.

BACA JUGA: Pohon Tumbang Timpa Tiang Listrik di Kompleks Rumah Mewah Menteng Jakarta

"Harusnya langkah yang dilakukan pemprov DKI Jakarta adalah memperbanyak RTH dan menanam pohon yang bisa menyerap polutan bukan sebaliknya menebang pohon secara masif," ucapnya.

Walhi Jakarta, lanjut dia, juga menilai bahwa langkah pemprov DKI Jakarta merevitalisasi bagian Selatan kawasan Monas yang mengalihfungsikan ruang terbuka hijau menjadi beton, adalah bentuk lemahnya komitmen pemerintah DKI Jakarta terhadap pemulihan lingkungan hidup. Pohon masih dianggap makhluk hidup yang "dinomorsekiankan" atau dianggap tidak penting dengan alasan membangun kolam yang tidak dibenarkan.

Walhi Jakarta juga mempertanyakan apa urgensinya Pemprov DKI Jakarta mengalihfungsikan kawasan tersebut, karena tidak ada kondisi yang genting hingga
Pemprov melakukan tindakan tersebut. Justru yang ada adalah Pemprov semakin menghilangkan sumber penting bagi kehidupan warga DKI Jakarta.

"Dengan kondisi Jakarta yang darurat ekologis dan sangat membutuhkan banyak pohon seharusnya pohon di Jakarta mendapat perlakuan khusus. Seperti pendataan seluruh pohon-pohon Jakarta dimulai dari jenis, kondisi dan monitoring secara rutin untuk melihat kondisi pohon di Jakarta. Bukan hanya jumlah pohon, tetapi juga pendataan dan perlakuan atau perlindungan secara kualitas," ucapnya.

Walhi Jakarta, kata dia, mendesak agar proyek revitalisasi kawasan Monas tidak hanya dihentikan, melainkan juga segera mengembalikannya ke fungsi awal sebagai ruang terbuka hijau dan alasan keterlanjuran juga tidak dibenarkan.

"Perlu diingat oleh pemerintah DKI Jakarta saat ini, alihfungsi kawasan hijau dan serapan di Jakarta menjadi kawasan terbangun seperti pusat perbelanjaan, bisnis dan pemukiman elit juga dibiarkan dengan alasan keterlanjuran hingga kemudian diakomodir dalam kebijakan tata ruang. Pemerintah DKI Jakarta hari ini tidak boleh mengulangi hal yang sama," ucapnya. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler