Wali Band Merinding Tampil di Milad ke-56 Daar El-Qolam, Ini Sebabnya

Jumat, 26 Januari 2024 – 20:08 WIB
Wali Band merinding saat tampil di milad ke-56 Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Banten. Foto: source for jpnn

jpnn.com, BANTEN - Wali Band memukau ratusan santri saat tampil di perayaan milad ke-56 Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Kamis (25/1) malam.

Menurut Apoy, personel Wali Band sempat grogi ditonton oleh guru dan kiai mereka saat masih tinggal di pondok.

BACA JUGA: Wali Band Bicara soal Takdir Lewat Lagu Qodarullah

Apoy mengungkapkan bahwa mereka sempat nervous karena takut melakukan kesalahan di depan para guru.

"Manggung di sini menegangkan, menyeramkan, dan merinding. Kenapa? Karena terlalu sakral," ujar Apoy, kepada awak media seusai tampil.

BACA JUGA: Kumaha Aing, Persembahan Terbaru dari Wali Band untuk Memperkenalkan Bahasa Sunda

Kehadiran Wali dalam Milad Pondok Pesantren Daar El-Qolam, juga menjadi misi bagi Apoy dkk, untuk menunjukan kepada santri bahwa banyak profesi untuk sukses dan berkiprah di masyarakat.

"Jadi, saya sebagai salah satu alumni ingin menyalakan energi untuk mereka bisa berkiprah di masyarakat," tutur Apoy.

BACA JUGA: 3 Berita Artis Terheboh: Siskaeee Ditangkap Polisi, Ivan Gunawan Tinggalkan Indonesia

Dalam kesempatan itu, Faank tak melupakan ilmu yang ditimbanya selama mondok. Dia berinteraksi dengan para santri menggunakan bahasa Arab.

"Salah satu ciri khas La Tansa, dan Daar el- Qolam itu bahasanya, Arab dan Inggris. Kami wajib bicara setiap hari menggunakan Bahasa Arab dan Inggris," ujarnya.

Pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Qolam K.H. Nahrul Ilmi Arief mengaku bangga memiliki murid seperti Apoy dan Faank yang masih memberi kontribusi ke masyarakat dengan mensyiarkan Islam melalui jalur musik.

"Kami mendidik memberi kunci untuk membuka smua ruangan yang ada. Saya cukup bangga dengan Wali," kata K.H. Nahrul Ilmi Arief.

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren La Tansa K.H. Adrian Mafatihallah Karim mendorong para santri berkiprah sesuai kompetensinya dengan nilaiyang ditanamkan sesuai cita-cita almahrum Kyai Ahmad Rifai Arief.

"Santri itu harus mengakar dengan nilai nilai kepesantrenan, ketaatan, kemandirian, sehingga bisa mengukur dengan sebuah proses belajar dan pengalaman sehingga bisa mengukir apa pun yang mereka bisa lakukan," tutur K.H. Adrian Mafatihallah Karim.(jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler