jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menilai Prof Azyumardi Azra, tokoh intelektual muslim paripurna yang memiliki reputasi mendunia.
Pemikirannya melewati batas dan sekat budaya, agama, dan negara sehingga bisa diterima semua kalangan.
BACA JUGA: Arsul Menyaksikan Perbuatan Kapolri di Makam Azyumardi Azra
Zainut mengaku bersyukur pernah menjadi mahasiswanya.
Setidaknya pernah mengikuti dua semester ketika mengambil program (S3) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat itu almarhum menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Jakarta.
BACA JUGA: Sejumlah Tokoh Ikut Salat Jenazah Azyumardi, Ada Anies, Ganjar, hingga Moeldoko
"Kesan saya sebagai mahasiswa, beliau orangnya sangat disiplin, tegas dan kritis," ujar Wamenag Zainut dalam perannya kepada JPNN.com, Selasa (20/9).
Azyumardi Azra dinilai juga memiliki kemampuan menganalisis masalah sangat tajam, sehingga bagi yang tidak memiliki argumentasi kuat pasti dibuat kedodoran menjawab semua pertanyaannya.
BACA JUGA: Azyumardi Azra Dimakamkan di TMP Kalibata, Menko PMK Sebagai Inspektur Upacara
Zainut mengaku sangat menikmati cara dan gaya Azyumardi Azra mengajar, tenang, datar, dingin tetapi kritis dan inspiratif.
Selain memiliki kedalaman ilmu, almarhum juga memiliki perspektif yang sangat luas dalam melihat berbagai masalah.
"Beliau memiliki pemikiran yang sangat inklusif, moderat, seimbang dan selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan," terangnya.
Almarhum Azyumardi Azra, tambahnya tidak segan memberikan kritik kepada siapa pun yang dinilai mengusik nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Hal tersebut tidak lepas dari insting intelektualitasnya yang independen, kritis, dan tajam.
Selain sebagai akademisi, Azyumardi Azra, juga seorang aktivis organisasi.
Banyak berkecimpung di berbagai organisasi, seperti KAHMI, Muhammadiyah, ICMI, MUI dan masih banyak lagi organisasi lain yang beliau ikuti.
"Yang menarik meskipun beliau sebagai tokoh Muhammadiyah, tetapi beliau sangat gigih membela NU ketika diserang tentang gagasan mengampanyekan Islam Nusantara," tuturnya.
Azyumardi Azra juga mengatakan islam di Indonesia merupakan islam yang khas yang memilki karakter istimewa.
Islam di Indonesia, merupakan yang sempurna dan sudah teruji oleh sejarah.
Bagimana islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai mengantikan agama besar sebelumnya, yaitu hindu dan budha.
Dengan cerdas Azyumardi Azra memberikan definisi Islam Nusantara sebagai berikut ;
“Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fiqih mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam (Islamic Legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global.”
Hal tersebut meneguhkan prinsip indepensi dan kemerdekaan beliau sebagai intelektual Muslim yang tidak terjebak pada egoisme kelompok yang sempit.
"Beliau, bahkan dengan elegan menawarkan pemikiran baru tentang Islam Nusantara yang berkemajuan sebagai sebuah perkawinan gagasan antara konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dan Islam Berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah menjadi role model untuk membangun peradaban Islam di dunia global," paparnya.
Selain di Muhammadiyah, Prof. Azra juga aktif di Majelis Ulama Indonesia.
Sebagai cendekiawan Muslim, posisinya di MUI menjadi salah satu pilar penyangga MUI karena sering disebutkan bahwa MUI itu wadah berhimpun para ulama, zu'ama dan cendekiawan Muslim.
Tiga pilar tersebut, yaitu ulama mewakili masyarakat pesantren, zuama mewakili pemerintahan dan cendekiawan Muslim mewakili masyarakat akademisi.
Jadi, almarhum mewakili para cendekiawan Muslim untuk memperkuat bangunan MUI dalam berkhidmat melayani umat, bangsa dan negara.
"Saya menjadi saksi selama Prof. Azra aktif di MUI, beliau sangat gigih mengampanyekan Islam wasathiyah, Islam moderat dan Islam yang anti diskriminasi, perpecahan dan kekerasan," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies tentang Prof Azyumardi Azra: Bawaannya Paling Sedikit, tetapi Ilmunya Terbanyak
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad