Wanita Perkasa Dibalik Sukses Dua Politisi Lintas Generasi

Senin, 19 Maret 2012 – 09:00 WIB
Sabam Sirait bersama istrinya, dr.Sondang Sidabutar,MM. Foto: ist/gir/JPNN

SIAPA yang tidak kenal anggota DPR RI Maruarar Sirait, apalagi sang ayah Sabam Sirait. Tapi tahukah anda sosok wanita yang  paling berjasa dibalik kesuksesan keduanya meniti karir di panggung perpolitikan tanah air?

Yup, tidak lain berkat dukungan  penuh dari dr.Sondang Sidabutar,MM. Istri tercinta Sabam yang sekaligus ibunda dari tokoh muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang paling berpengaruh saat ini, Maruarar Sirait.

“Kebanyakan perempuan itu perasaan lebih dominan daripada objektifitas. Tapi mama, dia lebih dominan rasionalitas-objektifitas daripada perasaan. Mama juga betul-betul mengutamakan kepentingan anak dan keluarga daripada kepentingan sendiri. Terutama menyangkut pendidikan dan kesehatan. Ini yang utama bagi dia, dibanding kepentingannya sebagai wanita dan istri dalam hal penampilan. Ini benar-benar kami rasakan di tengah kesederhanaan dari dahulu sampai sekarang.” Demikian diungkapkan Maruarar Sirait beberapa waktu lalu.

Luarbiasanya jika melihat dari apa yang dilakukan sang mama selama ini, ungkapan Maruarar tentunya tidak berlebihan. Terbukti, ia tidak hanya sukses menghantarkan sang suami dan keempat buah hati menuju jenjang kesuksesan. Namun juga mampu menyelaraskannya dengan tetap aktif di dunia pekerjaan maupun organisasi. Buah nyata, salah satunya mantan dokter di Rumah Sakit Cikini, Jakarta ini juga mampu mendirikan Ikatan Demokrasi Wanita Indonesia (Ika Dewi).

Lewat organisasi ini pula, beberapa kali Ia menyelenggarakan seminar berskala nasional. “Jadi sejak muda sampai tua, selalu aktif. Hingga setiap waktu yang kita lewati tidak terasa. Tahu-tahu sekarang sudah tua,”ungkap dokter lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 1970 lalu ini.

Rahasia kesuksesan Sondang sebagai istri maupun ibu, ternyata sangat sederhana. Terhadap suami, ia mendukung penuh apapun yang dilakukan. Karena ia tahu, sejak masa muda Sabam telah mengabdikan diri memperjuangkan tegaknya demokrasi di Indonesia. Bahkan meski untuk itu, kerap urusan rumah tangga ia yang menghandle.

Salah satunya semisal inisiatif membangun kediaman yang mereka tempati saat ini. Bahkan praktis mulai tahap perencanaan hingga selesai, rumah yang terletak di Bintaro, Jakarta Selatan saat ini, semuanya ia lakukan seorang diri. Sebelumnya Sabam mengaku ia sempat berpikir bahwa kalau berbuat baik dan mengabdi pada bangsa, maka otomatis rumah pun disediakan oleh negara. Namun ternyata hal tersebut tidak pernah kesampaian.

Bahkan menjelang Pemilu 1977, mereka justru digusur dari rumah dinas yang sebelumnya dipinjamkan. “Jadi istri yang duluan merasa bahwa itu nggak benar, makanya mengambil keputusan. Setiap hari dia kemari membangunnya. Dia konsep sendiri sampai ke atas. Dia sudah persiapkan besi-besi pancangnya. Nah yang menyumbang genteng ada. Menyumbang besi ada, semen, pasir, semua ada. Menjelang umur 40, saya disuruh kemari meletakkan batu pertama. Dia bilang, laki-laki itu harus punya rumah sebelum usia 40. Saya patuh saja. Jadi dia buat bangunan depan ini besar. Sampai sekarang nggak berubah. Luarbiasanya, rumah ini juga dia buat atas nama saya, padahal dia yang bangun,” ungkap Sabam mengenang sambil menatap penuh cinta pada istri tercinta.

Terhadap anak, Boru ni Raja yang berasal dari Tomok ini mengaku, membiasakan sejak kecil untuk bebas mengutarakan pendapat. “Mereka bebas bicara. Bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Cuma ada batasnya.”

Dan itu tentunya juga dibarengi dengan mendekatkan sang buah hati pada ajaran kerohanian. “Biasanya setiap pagi saya menyetel lagu-lagu gereja. Jadi nggak perlu dibangunkan, begitu mendengar lagu mereka langsung terbangun.” Usai berbenah dan sarapan, barulah kemudian secara bersama-sama mereka berangkat dalam satu mobil.

Sondang biasanya terlebih dahulu mengantar anak-anak satu persatu ke sekolah. Baru kemudian ia berangkat bekerja ke RS.Cikini. “Nah dalam perjalanan ini, kita baca Renungan Harian. Di rumah juga dari kecil mereka kita didik rajin ke gereja. Makanya mereka semua dari kecil sudah aktif di gereja. Bahkan ada yang sampai jadi ketua remaja,” ungkap si ompung yang kini berusia mendekati 70 tahun ini.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kelar Operasi, Bu Ani Siap Melawat Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler