Warga Israel Butuh Kestabilan, Bukan Perubahan

Rabu, 11 Februari 2009 – 08:11 WIB

JERUSALEM - Israel sukses menggelar pemilu kemarin (10/2)Coblosan digelar serentak mulai pukul 07.00 waktu setempat (sekitar pukul 12.00 WIB) di 9.263 tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh negeri Yahudi itu.

Hingga tadi malam WIB belum diketahui partai mana yang merajai perolehan suara

BACA JUGA: ICRC Evakuasi Korban Perang

Tapi, berdasarkan beberapa jajak pendapat terakhir, pemilihan kali ini adalah pertarungan dua partai besar, yakni partai sayap kanan Likud pimpinan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan partai kiri-tengah Kadima pimpinan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni
Survei terakhir menyebutkan Netanyahu hanya unggul tipis atas Livni.

Untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan militan Palestina, Israel menutup perbatasan Tepi Barat dan melarang warga Palestina memasuki Israel

BACA JUGA: Babak Baru Teheran-Washington

Kecuali mereka yang butuh pengobatan darurat
Ini adalah kebiasaan rutin Israel bila masa pemilu atau perayaan keagamaan tiba.

Total kursi di Knesset alias parlemen Israel yang kemarin diperebutkan adalah 120 kursi

BACA JUGA: Dubes India Bagi Foto Teror Mumbai

Prediksi sementara, tak bakal ada satu partai pun yang berhasil meraup suara di atas 30 kursiJadi, untuk memenangkan kursi mayoritas, opsi koalisi tetap harus diambilHarapan terakhir partai-partai besar seperti Likud, Kadima, Yisrael Beytenu, atau Buruh adalah dukungan dari hampir satu juta pemilih Israel yang belum menentukan pilihan.

Namun, berbeda dengan pemilu Amerika Serikat lalu yang diwarnai tema perubahan, warga Israel tak butuh itu, terutama dalam penyelesaian konflik dengan negara-negara ArabMereka lebih menginginkan kestabilan dengan cara-cara konservatif, termasuk tindakan militerItu sebabnya, Netanyahu yang dikenal radikal terus unggul dalam semua jajak pendapat.

Seperti diungkapkan Racheli, satu dari sekian warga yang belum menentukan pilihanHingga sebelum pemilihan kemarin, dia masih bingung antara memilih Kadima atau Likud.

''Saya benci (Benjamin) Bibi Netanyahu dan tak ingin memilihnya, tapi mau siapa lagi,'' katanya seperti dilansir Agence France Presse''Saya suka Livni, tapi dia tak berpengalaman,'' sambungnya.

Dia menambahkan, Livni pasti semakin lebih baik dalam empat tahun mendatang''Hanya sekarang, kami butuh seseorang yang mampu menjamin stabilitas,'' lanjutnya.

Sejumlah pemilih lain mengaku lebih mantap memilih partai golongan ultranasionalisPartai yang dimaksud adalah Likud dan Yisrael Beytenu pimpinan Avigdor LiebermanLieberman adalah pria sekuler dan penganut ultranasionalis ekstrem dan terkenal rasisDia ingin warga Israel keturunan Arab mengucapkan sumpah loyal kepada negeri Zionis ituKalau tidak, dia mengusulkan agar status kewarganegaraan mereka dicabut.

Itzik Shimon, seorang pedagang, adalah contoh mereka yang mantap memberikan suara ke Yisrael''Saya akan memilihnya karena Lieberman sudah menegaskan hitam atau putihJika ingin hidup dan tinggal bersama saya, baik; jika tidak, saya akan menendang AndaApa yang kami lakukan di Gaza adalah untuk membantu seluruh dunia,'' katanya.

Tapi, ada juga sejumlah pemilih yang masih bingung memilih antara Lieberman dan NetanyahuSebab, mereka menilai keduanya memiliki sikap yang banyak serupaMisalnya, dalam mengatasi HamasKeduanya memang menilai penyerbuan ke Gaza yang baru lalu setengah hati karena Gamas masih tetap eksis(hep/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mata Rantai Teori Evolusi di Dapur Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler