Warga Kecewa Dengan Pemilu Singapura

Rabu, 13 September 2017 – 10:47 WIB
Presiden Singapura Halimah Yacob. Foto: AFP

jpnn.com, SINGAPURA - Hari ini menjadi momen istimewa warga Singapura karena akan memiliki presiden baru.

Presiden kedelapan tersebut adalah perempuan dari etnis Melayu. Namun, kenyataannya, publik kecewa.

BACA JUGA: Singapura Punya Presiden Muslim, Halimah Yacob

Mereka kecewa bukan pada sosok Halimah Yacob, perempuan yang akan menggeser Tony Tan dari kursi presiden, tapi lebih pada prosesnya yang dianggap tidak demokratis.

Sekitar 5,6 juta penduduk Singapura merasa tak dianggap dalam pemilu.

BACA JUGA: Perempuan Berjilbab Ini Punya Peluang Besar Pimpin Singapura

Amandemen konstitusi Singapura yang membuatnya begitu. Peraturan baru membuat Halimah maju sendirian dalam proses pemilihan presiden.

Karena tak ada lawan, Komisi Pemilihan Umum Singapura (PEC) merasa tak perlu melaksanakan pemungutan suara.

Sebenarnya, Mei lalu, sudah ada yang menggugat amandemen yang diketok pada September 2016 tersebut karena dianggap tidak demokratis.

Namun, pengadilan menolaknya. Komentar pedas pun bermunculan di banyak media sosial.

''Jangan menyebut ini pemilu jika kami tidak bisa memberikan suara,'' tulis pengguna Facebook Fazly Jijio.

Apalagi, Halimah berasal dari partai penguasa People Action Party (PAP).

Jijio bukan satu-satunya yang memberikan komentar miring. Komentar-komentar itu mulai bermunculan saat PEC mengumumkan lolosnya Halimah sebagai kandidat presiden Senin (11/9).

Berdasar data yang dirilis perusahaan jasa konsultan Meltwater, sentimen negatif tentang pilpres mencapai 83 persen.

Hanya 17 persen yang positif. Tagar #NotMyPresident di Singapura kian marak saja di media sosial.

Tagar itu kini menjadi trending di Twitter dan Facebook. Apa pun komentar publik, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa Halimah bakal menjadi presiden kedelapan Singapura.

Dia menjadi perempuan pertama yang memimpin negeri yang terkenal dengan Patung Merlion-nya itu.(CNN/StraitTimes/MarketingInteractive/sha/c17/any/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler