Warga Pangandaran Keluhkan Banjir pada Cawagub Jabar

Minggu, 20 Mei 2018 – 04:00 WIB
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. Foto Instagram

jpnn.com, PANGANDARAN - Calon wagub nomor urut 1, Uu Ruzhanul Ulum terus blusukan dengan warga di tengah menjalani puasa di bulan Ramadan.

Ketika berkunjung ke Pasar Ciganjeng dan pengrajin makanan ringan di Ciganjeng, Padaherang, Pangandaran, Kang Uu, sapaan akrab Bupati Tasikmalaya 2 periode ini dicurhati masalah alat kerja hingga banjir.

BACA JUGA: Ini Menu Buka Puasa Favorit Kang Uu

Salah satunya curhatan Haja Oom (65) pengusaha makanan tradisional yang memproduksi rengginang gulung, kue bolu, dan sagon.

Dia meminta Kang Uu memperhatika para perajin. “Alat kerja kami masih manual. Pengeringan rengginang hanya mengandalkan matahari, kami butuh alat pengering,” kata nenek yang merintis usahanya sejak 1980 ketika bertemu Kang Uu di Ciganjeng.

BACA JUGA: Hari Pertama Puasa Kang Uu Blusukan ke Pasar Tradisional

Menurut dia, penganan tradisionalnya banyak diminati sebagai buah tangan. Selain dijual di Pangandaran, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar, juga dijual hingga ke Cirebon, Jawa Timur, hingga Bali.

“Pedagang seminggu sekali ambil barang ke sini. Lumayan omsetnya seminggu Rp 10 juta. Tapi kami tetap minta dibantu alat produksi,” kata nenek Oom yang memiliki 20 karyawan ini.

BACA JUGA: Bawaslu Buka Kemungkinan Sanksi Paslon Sudrajat - Syaiku

Sementara itu, KH. Ahmad Suhendi, tokoh masyarakat di Desa Sindangwangi, Padaherang Pangandaran mengungkapkan bahwa, wilayah Padaherang sering kebanjiran.

“Kalau hujan besar di Tasikmaya dan Ciamis, maka Padaherang pasti banjir. Kalau kemarau sering kekeringan, sehingga petani sering kesulitan air,” kata Ketua MUI Kecamatan Padaherang, Pangandaran ini.

Karena itu, Ahmad berharap ada Jabar di bahwa kepemimpinan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum kelak dapat memberikan solusi. Misalnya dengan membuat tanggul dan sodetan Sungai Citanduy.

“Gara-gara banjir, setahun kami panen 1 kali, kalau kemarau panen hanya sekali. Bahkan sudah 2 tahun, gara-gara kemarau panen hanya 1 kali,” ucap Ahmad.

Tak hanya itu, saat panen, hasil pertanian seringkali dihargai murah. Padahal ongkos produksi mahal, sehingga petani pun selalu dirugikan. ”Satu biji kelapa dihargai Rp 700 sedangkan pisang kalau panen harganya Rp 1000 per kg,” ujarnya.

Beruntung, kata Ahmad, ada perajin sale pisang di Desa Mangunjaya, Kecamatan Mangunjaya mengolah pisang menjadi sale sehingga harganya bisa naik dua kali lipat.

Mendengar masalah tersebut, Kang Uu mengatakan untuk solusi perajin, Rindu punya program ekonomi berkelanjutan.

Artinya, pemerintah memerhatikan para UKM dengan memberikan pelatihan peningkatan produk, packaging, hingga marketing digital.

“Perajin ini memiliki produk yang bagus, hanya packaging-nya masih sederhana. Nanti dilatih untuk dibagusin. Akses informasi ke pameran juga harus dibuka agar produknya dikenal,” kata Kang Uu.

Terkait masalah banjir, Kang Uu menjelaskan bahwa Rindu memiliki program Gerbang Desa yakni, program irigasi dan air bersih. Melalui irigasi, maka pasokan air bisa diatur untuk pertanian.

“Jika kesulitan air saat kemarau, Rindu juga punya program Infus, yakni menanam dengan tetesan air. Di Tiongkok tanam melon berhasil, kenapa tidak dilakukan di Pangandaran,” ujarnya.

Keluhan harga komoditas turun saat panen, menurut Kang Uu, adalah masalah klasik yang sering dihadapi petani.

Karena itu perlu ada solusi, yakni dengan mengolah komoditi tersebut. Misalnya kelapa diolah menjadi nata de coco atau dibuat minyak.

“Sehingga nilai jualnya tinggi karena ada nilai tambah,” ujar Kang Uu. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasangan Rindu Semakin Rileks Hadapi Debat Kedua di UI


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler