KINABALU---Krisis "invasi" 243 gerilyawan Kesultanan Sulu di daerah pantai timur Sabah makin memburuk. Pihak pemerintah Malaysia rupanya tak ingin ambil resiko setelah delapan polisi menjadi korban serangan. Ratusan personel bantuan dikerahkan.
Mereka berangkat ke Lahad Datu, Semporna dan Kunak, tiga daerah terawan yang hingga kini menjadi basis gerilyawan Kasultanan Sulu. Tentara itu diangkut dengan pesawat-pesawat sipil seperti Air Asia dan Malaysia Airlines.
"Memang armada untuk sipil dikurangi. Sekarang diprioritaskan untuk askar (tentara) dan officer (petugas)," ujar Cik Zainab Hasnah, petugas penerangan Bandar Udara Internasional Kinabalu pada Jawa Pos tadi malam. Koran ini berusaha mencari penerbangan langsung ke Lahad Datu setelah transit dari Kuala Lumpur.
"Di sekitar wilayah konflik sekarang susah cari pesawat. Sering cancel. Terutama jurusan Tawau, Sampakan dan Lahad Datu," katanya. Perempuan ramah ini lantas menyarankan agar menempuh jalan darat dengan bus yang memakan waktu 9 jam perjalanan dari Kinabalu ke Lahad Datu.
Rupanya, seorang penjaga counter kartu pra bayar mencuri dengar pembicaraan Jawa Pos dengan Hasna. "Tak baik berangkat malam. Rawan sekali, tunggu pagi," kata Boboy, pemuda asli Lahad Datu itu.
Dia lantas menelpon ayahnya Haji Sulaiman, seorang ketua daerah (semacam pengurus kabupaten) di Lahad Datu. Rupanya sang ayah sedang berada di surau. "Sekarang warga sedang berdoa di surau-surau. Mendoakan keselamatan askar," katanya.
Sebagai warga asli Lahad Datu, Boboy cukup khawatir dengan keselamatan keluarganya yang tinggal di Jalan Sri Perdana itu. "Tapi karena abah adalah ketua daerah, jadi dijaga police. Aman lah," katanya.
Dia berharap krisis di Lahad Datu segera berakhir dan damai kembali. "Taka da masalah apapun dengan warga keturunan Sulu disana, kita selalu damai," kata Boboy yang bekerja di outlet bandara itu sejak tahun lalu.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, 352 prajurit dari Brigade 8 yang bermarkas di Pangkalan Chepa Kota Baru juga sudah diberangkatkan ke Lahad Datu dengan dua kali penerbangan Air Asia.
Tampaknya otoritas Malaysia hendak melakukan strategi alienasi agar gerilyawan Sultan Sulu tak bias keluar dari tiga area. Diketahui mereka sudah masuk ke Kampung Tandau (ini yang paling banyak, diperkirakan 200 personel) Lahad Datu, Simunul daerah Semporna, dan kampong Lormalong daerah Kunak.
Dalam jumpa pers sebelumnya Inspector General Police Tan Sri Ismail Omar menjelaskan dari analisa intelijen, gerilyawan Sulu menguasai teknik kontra gerilya yang mumpuni. Mereka menggunakan teknik hit and run dan menyergap petugas yang sedang berpatroli dalam jumlah dibawah 10 orang. (rdl)
Mereka berangkat ke Lahad Datu, Semporna dan Kunak, tiga daerah terawan yang hingga kini menjadi basis gerilyawan Kasultanan Sulu. Tentara itu diangkut dengan pesawat-pesawat sipil seperti Air Asia dan Malaysia Airlines.
"Memang armada untuk sipil dikurangi. Sekarang diprioritaskan untuk askar (tentara) dan officer (petugas)," ujar Cik Zainab Hasnah, petugas penerangan Bandar Udara Internasional Kinabalu pada Jawa Pos tadi malam. Koran ini berusaha mencari penerbangan langsung ke Lahad Datu setelah transit dari Kuala Lumpur.
"Di sekitar wilayah konflik sekarang susah cari pesawat. Sering cancel. Terutama jurusan Tawau, Sampakan dan Lahad Datu," katanya. Perempuan ramah ini lantas menyarankan agar menempuh jalan darat dengan bus yang memakan waktu 9 jam perjalanan dari Kinabalu ke Lahad Datu.
Rupanya, seorang penjaga counter kartu pra bayar mencuri dengar pembicaraan Jawa Pos dengan Hasna. "Tak baik berangkat malam. Rawan sekali, tunggu pagi," kata Boboy, pemuda asli Lahad Datu itu.
Dia lantas menelpon ayahnya Haji Sulaiman, seorang ketua daerah (semacam pengurus kabupaten) di Lahad Datu. Rupanya sang ayah sedang berada di surau. "Sekarang warga sedang berdoa di surau-surau. Mendoakan keselamatan askar," katanya.
Sebagai warga asli Lahad Datu, Boboy cukup khawatir dengan keselamatan keluarganya yang tinggal di Jalan Sri Perdana itu. "Tapi karena abah adalah ketua daerah, jadi dijaga police. Aman lah," katanya.
Dia berharap krisis di Lahad Datu segera berakhir dan damai kembali. "Taka da masalah apapun dengan warga keturunan Sulu disana, kita selalu damai," kata Boboy yang bekerja di outlet bandara itu sejak tahun lalu.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, 352 prajurit dari Brigade 8 yang bermarkas di Pangkalan Chepa Kota Baru juga sudah diberangkatkan ke Lahad Datu dengan dua kali penerbangan Air Asia.
Tampaknya otoritas Malaysia hendak melakukan strategi alienasi agar gerilyawan Sultan Sulu tak bias keluar dari tiga area. Diketahui mereka sudah masuk ke Kampung Tandau (ini yang paling banyak, diperkirakan 200 personel) Lahad Datu, Simunul daerah Semporna, dan kampong Lormalong daerah Kunak.
Dalam jumpa pers sebelumnya Inspector General Police Tan Sri Ismail Omar menjelaskan dari analisa intelijen, gerilyawan Sulu menguasai teknik kontra gerilya yang mumpuni. Mereka menggunakan teknik hit and run dan menyergap petugas yang sedang berpatroli dalam jumlah dibawah 10 orang. (rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setengah dari Miliuner Dunia Tinggal di Amerika dan Tiongkok
Redaktur : Tim Redaksi