Film berdurasi 100 menit itu digarap cukup apik oleh Titien Wattimena. Tak sekadar kisah percintaan Indah dan Abi yang menyentuh, film itu menampilkan keindahan alam kota Busan. Nuansa romantis pun dihadirkan lewat butiran-butiran salju yang mengepung Busan saat musim dingin.
Titien mengaku mendapatkan ide cerita dari curhatan teman-temannya yang tinggal di Negeri Ginseng itu. ”Film ini merupakan rangkaian cerita teman-temanku yang tinggal di Korea Selatan. Salah satunya ada yang bertugas di KBRI,” ujarnya di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis malam (22/11).
Selain Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto, perempuan kelahiran Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 8 Juni 1976 itu mendaulat Sapto Soetarjo, Kenes Andari, Verdi Solaiman dan Khiva Iskak untuk meramaikan film tersebut. Baginya status Atiqah dan Rio sebagai pasangan kekasih di dunia nyata, menjadi nilai lebih.
”Awalnya aku sendiri tidak tahu kalau Rio dan Atiqah ini pacaran. Dan sebelumnya pemeran utamanya memang bukan Atiqah, ada beberapa pemain lainnya. Saat kami tawari, Atiqah mau, kami langsung jalan (syuting),” kata alumnus Institut Kesenian Jakarta itu.
Memiliki jam terbang yang terbilang cukup tinggi, cukup mudah baginya menemukan spot-spot terbaik sebagai lokasi syuting. Dia menghabiskan 14 hari untuk mencari lokasi yang tepat untuk menggambarkan secata detail keindahan Busan. ”Dua kali saya ke Busan. Seminggu kunjungan pertama, seminggu kunjungan kedua,” terangnya.
Dia selalu berusaha untuk mengangkat cerita dan gambar yang berbeda setiap kali menggarap film. Dan perempuan yang jago menulis skenario itu selalu mencari sosok yang memiliki karakter sesuai jalan cerita, bukan cerita yang disesuaikan dengan pemain yang dipilih.
”Seperti umumnya pada film, kita berusaha menyesuaikan artis sesuai dengan skenario, bukan sebaliknya. Termasuk karakter Tika (panggilan akrab Atiqah) sebagai petugas KBRI yang harus bisa menggunakan bahasa Korea,” tuturnya seraya menambahkan, syuting saat musim dingin menjadi tantangan tersendiri baginya, pemain dan semua kru. Mereka harus tetap berkonsentrasi di tengah dinginnya Busan.
Dia menambahkan, filmnya itu terpilih sebagai official selection dalam ajang tahunan Busan International Film Festival (BIFF) 2012 yang merupakan salah satu festival film bergengsi di dunia. Sementara di tanah air, Hello Goodbye dinyatakan lulus seleksi oleh komite seleksi Festival Film Indonesia (FFI) 2012 bersama 14 film lainnya. ”Pasti perasaan senang, bersyukur dan penuh harapan bisa diterima dengan baik di masyarakat. Mudah-mudahan film ini bisa menjadi minat masyarakat kembali ke gedung bioskop,” harapnya.
Sementara itu, Atiqah Hasiholan sangat menikmati proses syuting di Busan. Sebab, dia bisa sekaligus ‘travelling’ di sana. ”Memang kotanya sudah indah. Banyak banget yang bagus, kotanya menarik. Ada bukit, bawahnya pantai. Culture-nya juga sudah menarik, apalagi tata kotanya,” imbuhnya.
Bukan hanya itu, sikap warga lokal yang menyenangkan membuatnya merasa betah di sana. Sayang, dia punya cukup waktu untuk mengeksplorasi kota terbesar kedua di Korea Selatan itu. ”Mereka orangnya lucu-lucu. Biar baru kenal, mereka melucu kayak nggak ada jarak,” ungkapnya.
Selain melawan dinginnya suhu, Atiqah harus berusaha terlihat jago berbicara bahasa Korea. ”Aku lumayan kesulitan bahasa. Aku ditawarinya beberapa bulan sebelum ke Korea, masih buta bahasa Korea. Kami dikasih pelatih, hampir setiap hari kami menggunakan bahasa Korea. Bukan hanya yang ada di dialog, tetapi juga bahasa sehari-hari. Aku belajar dialognya supaya terdengar jago. Lebih sulit dari (bahasa) Jepang kalau menurutku,” ucapnya.
Sementara mengenai duetnya dengan Rio di depan kamera, pemilik rambut panjang itu berusaha tampil profesional. Menurutnya, percintaan dan pekerjaan merupakan dua hal yang harus dipisahkan. ”Kami giat berlatih setiap hari. Sebenarnya, siapa pun lawan mainnya ya harus benar,” pungkasnya. (ash)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiki Amelia Jenuh jadi Istri Pesepakbola
Redaktur : Tim Redaksi