KEBON SIRIH - Cuaca yang tak menentu di ibu kota akhir-akhir ini membuat warga harus kian waspada. Sebab, wabah demam berdarah dengue (DBD) kian mengganas. Banyak warga yang terserang. Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI, hingga bulan ini (Juni) tercatat 4.793 warga yang terserang DBD.
Hal itu terungkap pada pembukaan pelatihan peserta seminar peringatan Hari Dengue ASEAN 2013 di balai kota kantor gubernur DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sabtu (15/6). Seminar diikuti 250 peserta.
Menurut Kepala Dinkes DKI Dien Emmawati, karena jumlah penderita mencapai ribuan, DKI terus waspada dengan ancaman wabah DBD. Meski tren jumlah penderita turun dibandingkan tahun lalu, dia menyebut kerugian akibat DBD dari sisi ekonomi maupun produktivitas penderita cukup besar.
""Biaya sekali rawat inap (opname) penderita DBD mencapai Rp 5 juta-Rp 6 juta. Jika dikalikan penderita tahun lalu yang sekitar 6.000 orang, mencapai Rp 30 miliar yang kita keluarkan. Itu belum termasuk produktivitas kerja yang hilang,"" paparnya.
Meski begitu, kata Dien, kebijakan jaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta sehat (KJS) ditanggung oleh pemerintah. Seluruh biaya rumah sakit menjadi tanggung jawab pemprov. Syaratnya, masyarakat berobat dan dirawat di kelas III di rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan pemerintah.
Dien menjelaskan, gigitan nyamuk pada malam hari cenderung tidak menyebabkan DBD. Nyamuk malam hanya menyebabkan gatal-gatal. Nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan DBD justru menyerang pagi atau siang hari.
Karena itu, penggunaan obat nyamuk elektrik tak efektif mencegah penyakit DBD. Kebiasaan yang salah waktu memasang obat nyamuk justru membuat upaya pencegahan sia-sia. Apalagi, bagi anak-anak. (bad/ind/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Klaim Promosi Enjoy Jakarta di Malaysia Sukses
Redaktur : Tim Redaksi