jpnn.com, JAKARTA - Interim Country Manager Luno Indonesia Aditya Wirawan mengingatkan investor terkait fenomena setelah halving tidak menjamin harga Bitcoin akan mengalami kenaikan
Pasalnya, siklus yang terjadi sekitar setiap empat tahun pada kali ini berbeda dengan siklus-siklus sebelumnya.
BACA JUGA: Sambut Bitcoin Halving, Akademi Crypto Gelar Event Terbesar di Dunia
"Mekanisme halving telah diatur dalam algoritma yang ada di jaringan Bitcoin sebagai langkah untuk mengurangi inflasi. Tidak ada jaminan dan tidak ada yang bisa memprediksi apakah harga Bitcoin akan turun, naik atau tetap sama setelah halving di bulan April ini," kata Aditya, di Jakarta, Rabu (17/4).
Menurut Luno, banyak analis yang juga meyakini bahwa halving tidak banyak berdampak pada harga Bitcoin.
BACA JUGA: Harga Bitcoin Moncer, Upbit Ungkap Strategi Maksimalkan Investasi Kripto
Aditya mengatakan siklus halving kali ini sudah terlihat berbeda dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya di mana Bitcoin untuk pertama kalinya dalam sejarah menguji harga tertinggi baru menjelang halving.
Kenaikan harga Bitcoin belum lama ini kemungkinan disebabkan karena meningkatnya ketertarikan investor institusional akibat persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat.
"Bahkan jika investor meyakini bahwa halving merupakan faktor pendorong utama dari kenaikan harga Bitcoin, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan terus terjadi di masa depan," kata Aditya.
Beberapa bulan menjelang halving, ETF Bitcoin pertama di AS telah disetujui dan lebih dari 6 miliar dolar AS atau setara Rp95 triliun aliran dana telah masuk ke ETF Bitcoin. Harga tertinggi Bitcoin senilai lebih dari Rp1 miliar juga telah dicapai di bulan Maret di Luno.
Ketika halving pertama terjadi pada 2012, Bitcoin dihargai senilai USD 12.
Setelah peristiwa halving pertama itu, harga BTC melonjak naik dari USD 12 ke kisaran USD 1.000 di akhir 2013.
Halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 di mana Bitcoin dihargai di kisaran USD 640.
Kemudian, pada Juli 2017, harga Bitcoin naik ke level USD 2.550.
Terakhir saat halving ketiga pada 11 Mei 2020, Bitcoin dipertukarkan di level USD 8.750.
Satu tahun kemudian, harga Bitcoin melonjak hingga mencapai USD 62 ribu.
Sementara itu, halving Bitcoin yang keempat akan terjadi dalam waktu dekat. Selain fluktuasi harga, Luno mencatat bahwa halving tidak berdampak apapun terhadap jumlah dan sifat Bitcoin yang dimiliki para penambang.
Halving hanya berdampak pada imbalan yang akan diterima para penambang Bitcoin. Adapun halving kali ini akan memotong imbalan yang bisa mereka dapatkan dari 6,25 menjadi 3,125 Bitcoin per blok.
Sebagai informasi, pada halving pertama di 2012 hanya terdapat 43.000 alamat Bitcoin. Pada halving kedua di 2016, terdapat tujuh juta alamat dan kini telah terdapat lebih dari 46 juta alamat Bitcoin yang berisi lebih dari USD 1 di dalamnya.
Keseluruhan persediaan Bitcoin juga tidak akan turun karena halving. Luno menyampaikan bahwa total persediaan akan terus bertambah hingga mencapai batas 21 juta pada sekitar 2140.
Peristiwa Halving hanya mengerem kecepatan perilisan Bitcoin baru dengan memotong imbalan penambang, yang merupakan langkah agar Bitcoin dapat mempertahankan kelangkaannya.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul