Waspada! Radikalisme Biasa Diawali Sikap Intoleran

Minggu, 20 Desember 2020 – 22:51 WIB
Mencegah Radikalisme. ILUSTRASI. Foto: Pixabay.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi mengatakan semua kegiatan radikalisme yang kemudian mengarah ke ekstrimisme lalu berbentuk terorisme itu diawali dari sikap-sikap intoleransi.

Dia menuturkan, intoleransi dengan radikalisme itu bukan irisan yang berbeda, tetapi saling menopang.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Puluhan Pengikut Rizieq Masuk RS Wisma Atlet, Sebaiknya BIN Pantau

"Karena intoleransi itu lah yang membentuk radikalisme, kalau sudah terbentuk radikalisme, terbentuklah ekstrimisme, kalau ekstrimisme yang terbentuk kemudian berbentuk terorisme pada tataran terakhir nantinya, ini yang harus kita pahami dulu," ujar Islah Bahrawi pada Minggu (20/12).

Maka itu, dia menilai pernyataan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD tidak salah mengungkapkan ada tiga kelompok atau tingkatan radikalisme yang masih ada di tanah air.

BACA JUGA: Tegas, BIN Sebut FPI Menyebarkan Hoaks

Tiga kelompok itu adalah bentuknya intoleran, melakukan aksi teror dan dengan menyusup masuk ke dalam lembaga-lembaga di Indonesia.

"Jadi, memang pernyataan Pak Mahfud ini tidak ada salahnya, tapi sebenarnya intoleran dengan radikalisme ini adalah proses yang saling terkait dan bukanlah irisan yang berbeda memang," ungkapnya.

BACA JUGA: 455 Orang Ditangkap dalam Aksi 1812, Polisi: Semua dari Kelompok FPI

Diakuinya bahwa radikalisme sudah menjadi polemik sejak dulu. Dia membeberkan definisi tentang radikalisme, ekstrimisme dan terorisme itu memang selalu simpang siur di seluruh dunia.

Definisi versi Daniel Kohler dianggap berbeda dengan versi Syaikh Usamah, maupun Habib Ali Al-Jufri serta Scott Atran.

"Jadi memang ada beberapa permasalahan yang mendasar dari soal definisi, definisi ini pengaruhnya kemana, kepada proses pencegahan dan penindakan masing-masing negara terhadap radikalisme itu berbeda, nah kita saat ini memang jangan sampai terlambat seperti negara lain yang kurang sensitif terhadap radikalisme, karena radikalisme ini diawali dengan intoleran," pungkasnya. (flo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler