Waspada Virus Flu Burung Baru H7N9

Senin, 24 Juni 2013 – 14:16 WIB
LONDON -- Para ilmuwan kesehatan memperingatkan strain baru dan mematikan flu burung yang muncul di China pada Februari silam (H7N9) dan tampaknya telah mereda dalam beberapa bulan terakhir, bisa muncul kembali akhir tahun ini.

Sebuah studi para peneliti di China dan Hong Kong menemukan hanya satu kasus manusia dari strain flu H7N9 burung telah diidentifikasi sejak awal Mei.

Menurut Reuters (23/6), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, virus yang tidak diketahui ini menjangkiti manusia pada Februari lalu dan telah menginfeksi lebih dari 130 orang di China dan Taiwan, serta menewaskan 37 orang diantaranya.

"Musim panas telah mulai di China, dan hanya satu kasus baru yang dikonfirmasi laboratorium atas serangan H7N9 pada manusia sejak 8 Mei 2013," tulis para peneliti dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.

Ditambahkannya, jika H7N9 mengikuti pola yang mirip dengan H5N1, epidemi bisa muncul kembali di musim gugur mendatang.

H5N1 adalah strain lain mematikan flu burung yang muncul pada 2003 dan sejak itu menyebar di seluruh dunia. Data terbaru WHO, H5N1 telah menewaskan 250 dari 630 orang yang terinfeksi dalam 10 tahun terakhir. Banyak kasus H5N1 terjadi di Mesir, Indonesia dan Vietnam.

Para peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China di Beijing dan University of Hong Kong, mengatakan meredanya H7N9 memberikan kesempatan kepada otoritas kesehatan untuk membahas kemungkinan kembalinya flu ganas ini dan mengantisipasi penyebaran lebih luas.

"Perlu dipikirkan kemungkinan virus ini menyebar di luar perbatasan China," sambungnya.

Para ahli dari PBB mengatakan wabah flu burung di China telah memberikan beban biaya ekonomi sekitar USD 6,5 miliar atau sekira Rp 65 triliun.

Dalam studi kedua terbitan jurnal yang sama, para peneliti juga menemukan strain flu H7N9 memiliki risiko mematikan lebih rendah dibanding H5N1 yang menggemparkan dunia beberapa waktu lalu.

Flu burung H5N1 memiliki risiko kematian sekitar 60 persen untuk pasien dengan perawatan di rumah sakit.  Hampir dua kali lipat dari strain baru H7N9  yang memiliki tingkat kematian sekitar sepertiga dari mereka yang mendapatkan perawatan sama.

WHO semula menyebut H7N9 sebagai salah satu virus influenza yang paling berbahaya, dan menyebar lebih cepat dari virus flu unggas terdahulu H5N1. Namun, setelah mengadakan penyelidikan lebih lanjut, pakar-pakar China memperkirakan tingkat kematian penderita virus flu unggas paling baru itu mencapai 36 persen.

Itu lebih rendah dari tingkat kematian yang disebabkan virus H5N1. Tapi virus H7N9 itu lebih ganas dari flu babi yang mengakibatkan pandemi global tahun 2009, kendati jumlah korban tewas kurang dari satu persen. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Supermoon Terlihat di Eropa

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler