Waspadai Kedelai AS Hasil Rekayasa Genetika

Jumat, 27 Juli 2012 – 06:46 WIB

JAKARTA - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengungkapkan bahwa selama ini Amerika Serikat menjadi negara sumber ekspor kedelai terbesar untuk Indonesia. Namun yang patut diwaspadai, kedelai dari AS adalah produk rekayasa genetika.

Hal tersebut terlihat dari tingkat produksi kedelai yang mencapai 2,5 juta ton per hektare. Menurut Sudaryatmo, angka produksi itu jauh lebih besar ketimbang Indonesia yang rerata produktivitas kedelainya hanya menyentuh angka 700 kilogram, atau maksimal 1,2 juta ton per hektare.

"Kedelai dari AS murah karena pakai rekayasa genetika. Padahal itu berkaitan erat dengan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen," tuturnya di Jakarta, Kamis (26/7).

Sudaryatmo pun menyoroti masih lemahnya regulasi tentang produk pertanian di Indonesia. "Regulasi kita masih sangat lemah khususnya untuk produk pertanian. Kita tidak memperketat dari sisi produk impor tersebut ditanam di mana, panennya kapan, budidayanya bagaimana. Padahal, kalau importer tidak bisa menjelaskan, kita bisa menolak," tegasnya,

Sebagai catatan, rerata impor kedelai Indonesia, di luar importasi kedelai oleh industri pakan ternak, setiap tahunnya mencapai 1,6 juta ton. Sebanyak 70 persen, atau sekitar 1,12 juta hasil impor tersebut diperuntukkan industri tempe dan tahu. Sisanya, sekitar 480 ribu ton untuk kebutuhan industri susu kedelai dan lainnya. (gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembebasan Bea Masuk Kedelai Sudat Tepat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler