Pameran pertanian terbesar Australia akan melarang kehadiran pengunjung yang baru saja tiba dari Indonesia di tengah kekhawatiran penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.

Pameran bertajuk AgQuip yang digelar pekan depan di Gunnedah, New South Wales (NSW), akan menampilkan produk-produk dan jasa pertanian, termasuk teknologi dan inovasi baru dan biasanya menarik ribuan peserta dari seluruh Australia.

BACA JUGA: Begini Cara Kementan Wujudkan Banten Zero dari Wabah PMK

Namun tahun ini, siapa pun yang telah mengunjungi Indonesia paling lama tujuh hari sebelumnya akan ditolak masuk ke arena pameran.

Menurut Kate Nugent, penyelenggara pameran dari ACM Rural Events, larangan tersebut berlaku untuk pengunjung dan semua pemangku kepentingan lainnya.

BACA JUGA: Inilah Gordon, Penguin Kecil Tertua yang Keturunannya Tersebar di Australia

"Mereka ini mencakup peserta pameran, kontraktor, subkontraktor, dan agen-agen kita," tegasnya.

"Kita perlu berusaha keras untuk menciptakan kesadaran seperti itu," tambah Kate.

BACA JUGA: Dibantu Menulis CV, Pengungsi Ukraina Masih Kesulitan Mendapatkan Pekerjaan di Australia

Ia mengatakan Departemen Industri Primer NSW telah memberikan saran tentang cara mengurangi risiko penyebaran wabah PMK dalam pameran kali ini.

Sejumlah peternak, kata Kate, bahkan memutuskan untuk tidak membawa ternak mereka tahun ini karena meningkatnya kekhawatiran tentang PMK.

"Namun ada peserta lainnya sangat yakin bahwa mereka akan berusaha melakukan semua tindakan untuk melindungi stok ternaknya," katanya.

AgQuip akan berlangsung selama tiga hari mulai 16 Agustus dan akan menjadi pameran pertama sejak 2019 setelah tertunda karena pandemi COVID-19.

Nugent menyebut penjualan tiket pameran ini berjalan sangat baik dengan banyaknya calon pengunjung yang datang dari berbagai belahan Australia. Mahasiswa Indonesia belajar biosekuriti

Sementara itu pekan lalu enam mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) tiba di Northern Territory untuk mengikuti program pertukaran yang khusus berfokus pada aspek biosekuriti.

Koordinator kegiatan Robi Agustiar kepada Matt Brann dari ABC Rural menjelaskan, Indonesia saat ini menghadapi wabah PMK sehingga pengamalan dan pengetahuan tentang biosekuriti sangat penting bagi para mahasiswa peternakan.

"Saat ini status PMK telah menyebar di 23 provinsi dan menewaskan lebih dari 30 ribu ekor ternak," kata Robi.

"Kami masih terus mengalami kesulitan dalam vaksinasi PMK, meski pemerintah telah melakukan 3 juta vaksinasi karena kami membutuhkan 60 juta vaksinasi pada ternak," ujarnya.

Robi mengatakan selain wabah PMK di berbagai provinsi, peternak juga sangat terpukul dengan penyakit kulit pada sapi di wilayah Sumatera, yang mengakibatkan penurunan produksi susu.

"Produksi susu sapi di Indonesia anjlok hingga 60 persen," jelasnya.

Menanggapi ketatnya aturan biosekuriti di pintu-pintu masuk Australia bagi pendatang dari Indonesia belakangan ini, salah satu peserta pertukaran Sarah Saviera menyebut hal itu tidak menjadi permasalahan.

"Semuanya berjalan lancar. Begitu kami mendarat di Bandara Darwin, sebelum keluar, kami diharuskan menginjakkan kaki pada keset biosekuriti," ujarnya.

"Protokol biosekuriti di bandara cukup jelas, semuanya berjalan lancar dan sistematis," kata Sarah.

Peserta lainnya Jason Siregar menyebutkan, Pemerintah Indonesia sebenarnya juga telah menerapkan langkah-langkah biosekuriti di Bandara Ngurah Rai.

"Begitu kami memasuki area bandara internasional di Bali, kami diharuskan menginjak keset kaki biosekuriti," katanya.

Sebagai bagian dari program, para mahasiswa akan menghabiskan waktu di peternakan sapi yang terkenal seperti Newcastle Waters dan Victoria River Downs.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News dan program Radio ABC.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Barat Minta Warga Waspada Meski Kemungkinan Penularan Cacar Monyet Rendah

Berita Terkait