jpnn.com - JPNN.com - Malam pergantian tahun belum terasa lengkap jika tak ada kembang api. Para pedagang pun mulai semakin ramai membuka lapak di pinggir jalan sejak awal Desember.
Ada beberapa lokasi penjualan kembang api di Kota Sorong. Mereka memang mendapat izin berjualan sebulan penuh. Dari awal bulan hingga malam pergantian tahun dari 2016 ke 2017. Lokasi penjualan bertambah dibanding Desember tahun lalu.
BACA JUGA: Perdana, Inul Daratista Ambil Job Tahun Baru
Tahun lalu, lokasi penjualan kembang api berada di tiga tempat yakni, Tembok Berlin, depan GOR Pancasila, dan Jalan Sungai Maruni depan Papua Supermarket. Tahun ini ditambah satu lokasi baru yakni di dekat Telkom.
Artinya penjualan kembang api sangat diburu warga yang ingin suka ria dalam kesenangan menyambut Tahun Baru.
BACA JUGA: Ziarah ke Makam Olga, Ruben Onsu: Kangen Gue Gak Can?
Beragam jenis dan ukuran kembang api yang ditawarkan. Dari yang sangat kecil dan murah yakni kembang api banting yang harganya Rp 10 ribu untuk tiga bungkus, sampai kembang api terbesar dengan ukuran tempat satu meter, volume shootnya sampai 1000 kali.
Untuk yang paling besar ini harganya juga tidaklah murah. Pastinya tidak sembarang orang bisa membelinya. Karena selain harganya yang mahal, juga barangnya hanya ada beberapa saja.
BACA JUGA: Demi Anak, Denada Langsung Sabet Job Tahun Baru
Harga untuk kembang api bervolume 1.000 shoot ini ditawarkan Rp 15 juta, hampir setara dengan harga sepeda motor.
Hebatnya, dengan tempat berukuran satu meter, menghasilkan 1.000 kali nyala dan bunyi istimewa juga akan lama habisnya.
Disebut tidak sembarang orang bisa membeli karena ternyata satu barang yang dijual di lokasi depan GOR Pancasila yakni di Lapak milik Irfan hingga kini belum ditawar orang.
Padahal kembang api superbesar ini sudah 2 tahun dijualnya. Tahun lalu, ia beruntung karena ada yang membeli kembang api berujuran setengah lebih kecil yang 500 shoot.
"Tahun ini belum tahu ada yang beli lagi apa tidak untuk yang ukuran seperti ini. Karena kelihatanya sepi-sepi saja ini," katanya saat berbincang dengan Radar Sorong.
Pria ini sudah berjualan sejak tahun 2006. Dia hanya berjualan setahun sekali karena harus mengantongi izin dari pihak-pihak berwenang di antaranya kepolisian.
Barang-barang di lapaknya berukuran empat meter itu ditaksir sekitar Rp 37 juta. Dia akan mendapat keuntungan jika habis terjual sampai akhir bulan Desember. Kalau tidak habis terjual bisa jadi modal pun tak kembali. Untungnya, kembang api bisa simpan untuk dijual tahun depanya lagi.
"Bisa juga modal tidak kembali. Ya..kalau hari-hari begini ada saja untuk sekedar kebutuhan makan," tandasnya. (andre p siregar/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaf, Tahun Baru Villa dan Hotel di Sini Penuh
Redaktur & Reporter : Adek