jpnn.com, TASIKMALAYA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama dengan Pemda Tasikmalaya sukses menggelar Pagelaran Wayang Ajen dengan tema Pertunjukan Spektakuler Wayang Ajen di Lapangan Dadaha, Kota Tasikmalaya, 11 Agustus 2017.
Ada yang anti-mainstream dalam pertunjukan kali ini. Bukan dengan layar putih yang lebar tapi dengan go digital.
BACA JUGA: Crossborder Tourism Dimatangkan di Pulau Dewata Bali
Seluruh kemampuannya ditampilkan dalam layar LED ukuran 4x6 meter yang mengundang decak kagum lebih dari tujuh ribu penonton yang menyaksikannya.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan, wayang ajen menggunakan go digital merupakan jurus jitu Menpar Arief Yahya yang disampaikan dalam pertunjukan dengan kemasan yang menarik perhatian penonton.
BACA JUGA: Warna-Warni Propan Raya Tebarkan Wonderful Indonesia
“Semua dikemas dengan lakon menarik. Ini bukan sekadar pentas, tapi pesan moral yang disampaikan. Inilah esensi pertunjukan wayang sebagai tontonan dan tuntunan, tontonan yang lebih menarik yang mampu mengikat penonton dengan sajian kemasan unsur-unsur pertunjukannya serta dalang mampu menyampaikan tema lakon dan pesan moral,” kata Esthy.
Esthy menambahkan, kegiatan ini adalah salah satu dari upaya Kemenpar untuk mendongkrak kunjungan wisata budaya, khususnya di Kota Tasikmalaya. "Kelebihan Wayang Ajen dibanding pertunjukan wayang pada umumnya yaitu dari sisi teknologi. Wayang Ajen sudah go international, sudah mengibarkan karya budaya Merah Putih di 51 negara, dengan pertunjukan ini, kami harapkan kunjungan wisata budaya ke Tasikmalaya meningkat," lanjutnya.
BACA JUGA: Meriahkan HUT RI Ke-72, Mendag-Menpar Luncurkan Hari Belanja Diskon Indonesia
Dalam Pagelaran kali ini, Wawan Gunawan atau lebih dikenal Ki Dalang Wawan Ajen menampilkan lakon Jiwa Sang Satria.
Tokoh lakon yang diangkat jiwa keteladanan Gatotkaca putra Bima keluarga Pandawa, yang menyampaikan pesan moral tentang jiwa luhur, jiwa pemberani, jiwa Sang Kesatria yang disimbolkan memberantas berbagai permasalahan kejahatan yang meresahkan masyarakat.
Pesan moral tentang keberhasilan Presiden Jokowi, keberhasilan Kemenpar, kehebatan kepemimpinan Menpar Arief Yahya dengan berbagai terobosan dalam mewujudkan pariwisata Indonesia sebagai core business seperti yang dicanangkan Jokowi tersampaikan dengan jelas melalui monolog dan dialog tokoh wayang yang dimainkan sang dalang.
Gabungan musik gamelan pelog dan salendro yang dikemas memadukan unsur komposisi musik etnik Sunda, Dermayon, Jawa, Banyuwangi dan lainnya juga semakin menambah malam menjadi semakin enerjik dan memberi kesan warna tersendiri yang menjadi ciri khas gaya pertunjukan Wayang Ajen.
Belum lagi koreografer penari wayang ajen yang menampilkan garapan tarian komposisi dengan mengambil esensi lokal konten budaya Tasik.
Delapan penari nan cantik menarikan seni tradisi dikemas modern dengan nama tarian Pesona Payung Geulis Tasikan yang membuat detak kagum para penonton yang hadir.
Tariannya memang keren bisa mengangkat promosi pariwisata khususnya potensi kerajinan payung geulis Tasik.
Begitu juga musikalisasi puisi sufi yang dibawakan oleh penyair kondang Ridwan CH Madris dari Bandung yang bersinergi dengan Anggi Sriwilujeng dkk dari komunitas budaya Mahardika Kota Tasikmaya tampil apik dan memukau ribuan penontonnya.
Menurut Okki, warga masyarakat Tasik yang nonton sampai selesai puas dengan pagelaran ini.
"Alhamdulillah setelah terlaksananya pertunjukan wayang ajen kemarin sangat bermanfaat dan banyak sekali manfaat serta hikmah pelajaran yang dapat diambil guna mendongkrak pelestarian juga pengembangan pariwisata, seni dan budaya lokal, harapan kami mudah mudahan acara tersebut dapat dilaksanakan menjadi program tahunan bagi fihak yang terkait, khususnya kementrian pariwisata dan budaya Indonesia. Salam Pesona Indonesia. Wonderful Indonesia" ujarnya.
Juga sama halnya dengan yang disampaikan KH. Tatang Kurnia, tokoh masyarakat Kota Tasikmalaya.
"Wayang Ajen memang lain dari wayang golek pada umumnya, kemasan pemanggungannya yang ditata sedemikian rupa dan memberi ruang nyaman bagi penonton untuk menikmatinya. Panggung kolosal penuh dengan sarat dan pesan moral tersampaikan melalui tutur sang dalang, ini menakjubkan sekali, " ujar Tatang.
Hadir juga dalam pagelaran ini Wakil Ketua Komisi X DPR-RI H.Ferdiansyah, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman, Ketua DPRD Kota Tasik, dan sejumlah budayawan dan seniman hadir dari berbagai daerah di Jawa Barat seperti Syeikk Mursyid pangersa Abah Gaos pendiri Pesantren Sirnarasa dan ribuan santri dan para jemaah serta ihwan dan ahwat, dan ribuan masyarakat tumpah ruah memadati Lapangan Dadaha.
Syeikh Mursyid Pengersa Abah Gaos menjadikan suasana pagelaran wayang menjadi religius. Sebelum pertunjukan wayang ajen dilakukan salat Magrib dan Isya berjemaah serta dikir akbar dan khatama.
Dalam adegan goro-goro panakan, hadirnya Dai kondang KH. Dadang Mulyawan dari Pesantren Sirnarasa yang berkolaborasi dengan tokoh wayang Cepot juga memberikan suasana dakwah yang mudah diresapi oleh penonton.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi gelaran budaya ini.
"Implementasi promosi Pesona Indonesia melalui seni pertunjukan berbasis media digital dapat direalisasikan melalui pertunjukan wayang ajen sebagai atraksi pariwisata budaya, membantu meraih target 20 juta kunjungan wisman tahun 2019 nanti,” kata Menpar Arief Yahya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Luar Biasa! 12.262 Orang Menarikan Tari Saman, Pecahkan Rekor MURI
Redaktur : Tim Redaksi