Website Teroris Masih Bebas Beroperasi

Minggu, 23 Desember 2012 – 05:50 WIB
JAKARTA - Panduan melakukan tindakan teror kini gampang diperoleh. Bahkan, tak harus menjadi anggota sebuah kelompok atau jaringan tertentu. Cukup membaca manualnya di internet, seseorang yang awam bisa berubah menjadi teroris yang berbahaya.
   
Manual itu diupload di situs-situs gratis yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Karena itu, pelacakannya menjadi rumit. Namun, isi manualnya sangat lengkap termasuk detail pengendalian operasi teror.
   
Misalnya situs https://jaisyulghareeb.wordpress.com dalam artikelnya yang berjudul trilogi kebangkitan jihad. Tadi malam situs ini masih bisa diakses. Isinya lengkap soal cara melakukan penyerangan, mulai kewaspadaan memilih casing bom, cara menghilangkan jejak sidik jari, menghindari pelacakan ponsel oleh polisi dan juga hal yang sederhana, memesan plat nomer palsu.

Situs itu juga mengingatkan agar para pelaku tidak menghubungi kontak keluarga, atau menginap di sanak famili selama dalam pelarian. "Sudah banyak ikhwan-ikhwan kita yang tertangkap Densus karena menginap di sanak saudara, ini harus ditinggalkan jauh," tulis manual itu.

Website serupa ini banyak di dunia maya. Sebagian berbahasa Indonesia, yang lainnya berbahasa Inggris. Bahkan, usai penembakan di Poso Kamis lalu, langsung ada rilis yang menyatakan kelompok mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Santoso bertanggung jawab. Pengakuan itu melalui situs www.Alansar007.blogspot.com yang tadi malam sudah tak bisa diakses lagi.

Kepala Biro Penerangan Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar menegaskan pihaknya sudah memonitor situs-situs serupa ini sejak lama. "Cybercrime sudah mendalami," katanya.

Polri bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menelusuri website-website itu. "Pembuatnya bisa dipidana dengan UU ITE atau dengan UU Terorisme," jelasnya.
   
Boy memastikan kelompok teroris emmang punya kemampuan hacking (meretas jaringan internet). Beberapa dari mereka sudah tertangkap dan sedang dalam proses persidangan. Misalnya, hacker MK dan RG yang berhasil membobol rekening melalui teknik hacking dan digunakan sebagai dana operasi aksi teror. 

Terpisah peneliti terorisme dari Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustafa Nahrawardaya menilai situs semacam itu belum tentu benar-benar dibuat oleh kelompok teroris. "Bisa saja itu jebakan, dibuat untuk mencari orang-orang yang bisa dikambinghitamkan," katanya.

Mustafa mencontohkan kasus yang menimpa Nanto, David dan Herman, tiga pemuda di Jakarta Oktober lalu. Gara gara berkenalan dengan seorang bernama Basir di facebook, mereka sempat diciduk Densus 88.

"Untung saja saat itu ada advokasi dari tim pengacara muslim dibantu teman-teman media, sehingga akhirnya mereka dibebaskan," katanya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 72 WNA Pelaku Kejahatan Cyber Crime Dideportasi ke Negara Asal

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler