Wikileaks Cegah AS Terus Dukung Rezim Lama

Jumat, 18 Maret 2011 – 07:07 WIB

PENDIRI Wikileaks Julian Assange menyatakan bahwa penerbitan kabel diplomatik AS memicu pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dan Timur TengahAhli komputer yang marah pada pemerintah AS dengan menerbitkan ribuan kabel rahasia itu mengatakan, kebocoran mungkin telah membujuk beberapa rezim otoriter untuk berpikir bahwa mereka tidak bisa mengandalkan dukungan AS jika kekuatan militer digunakan kepada demonstran.

Seperti dikutip REUTERS, Assange menyatakan bahwa penggunaan militer hanya akan menyulitkan pihak Barat untuk melanjutkan dukungannya pada rezim lama

BACA JUGA: Krisis Nuklir Jepang Picu Eksodus Warga Asing

"Kabel Tunisia menunjukkan dengan jelas bahwa jika hal itu terjadi, yaitu jika terjadi suatu pertarungan antara militer di satu sisi, dan rezim politik (Presiden Zine al-Abidine) Ben Ali di sisi lain, Amerika Serikat kemungkinan akan mendukung militer," kata Assange saat berbicara di hadapan ratusan mahasiswa di Universitas Cambridge, Selasa (15/3) lalu.

"Itu adalah sesuatu yang pasti juga menyebabkan negara-negara tetangga Tunisia berpikir serupa
Yaitu, jika mereka melakukan intervensi militer, mereka tidak mungkin berada pada sisi yang sama dengan Amerika Serikat," kata Assange.

Gelombang kerusuhan mulai terjadi di Tunisia Desember lalu, yang memaksa Presiden Ben Ali meninggalkan negara itu sebulan kemudian

BACA JUGA: Iran Tolak Kehadiran Tentara Asing di Bahrain

Assange menambahkan, protes yang kemudian bermunculan di tempat lain di wilayah Afrika Utara telah mendorong Wikileaks terus membocorkan informasi tentang tokoh utama di Mesir, Libya dan Bahrain secepat mungkin


Tujuan kabel rahasia tersebut dibocorkan bukan hanya supaya masyarakat di negara-negara tersebut tahu akan apa yang terjadi

BACA JUGA: Pernikahan Super Mewah India Dikecam

"Karena banyak dari mereka sudah tahu apa yang terjadi dengan sangat rinci dan mengerikan, melainkan supaya tidak memungkinkan bagi pihak Barat untuk mendukung (pemimpin otoriter tersebut),"katanya.

Di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada Februari didera protes selama 18 hari tanpa hentiAssange, yang tengah menghadapi ekstradisi dari Inggris ke Swedia atas tuduhan kejahatan sekseual menyebut kabel rahasia yang dirilis tentang mantan kepala intelijen Mesir dan wakil presiden Omar Suleiman telah mencegah AS mendukungnya sebagai penerus Mubarak.

"Tidak mungkin bagi Hillary Clinton (Menteri Luar Negeri AS) untuk secara umum keluar dan mendukung rezim Mubarak," katanya.

Sekitar 800 siswa menghadiri diskusi tersebut, banyak yang antri selama berjam-jam, dan mereka bertepuk tangan kepada Assange dengan antusias.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Pemberontak Libya Terpukul


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler