jpnn.com, PALU - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sulawesi Tengah meminta masyarakat tetap waspada terhadap ancaman fenomena siklon tropis.
"Tetap waspada namun jangan berlebihan. Sulteng salah satu daerah mengalami pengaruh tidak langsung atas dampak siklon tropis," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim di Palu, Minggu (18/4).
BACA JUGA: Peringatan Dini BMKG: Khusus Warga Depok, Bekasi, Bogor, Harap Waspada
Dia memaparkan, puncak fenomena siklon tropis terjadi pada Minggu (18/4).
Alim memerinci dampak siklon sampai di bagian Utara Sulteng seperti wilayah pantai Barat Kabupaten Donggala, Tolitoli dan Buol termasuk pantai Timur Kabupaten Parigi Moutong atau berbatasan dengan Provinsi Gorontalo Sulawesi Utara.
Termasuk Kabupaten Poso, Tojo Una-Una, Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut.
BACA JUGA: BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Masyarakat Diimbau Waspada
"Kemungkinan akan mengalami dampak tidak langsung siklon tropis, sehingga pemerintah maupun warga agar melakukan langkah antisipasi jika terjadi kemungkinan buruk," beber dia.
Menurut dia, dampak tidak langsung yang akan terjadi seperti angin kencang, gelombang tinggi mencapai 2,5 meter, dan terjadi fenomena hujan lebat.
"Hujan lebat dan angin kencang tergantung spot masing-masing," ujar Alim.
Dia juga menjelaskan, dampak tidak langsung terjadi karena Sulteng di halangi Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Sedangkan badai tersebut, lanjut dia, datang dari arah utara.
"Justru yang patut di waspadai adalah wilayah Sulawesi Utara karena pusat badai siklon tropis berada di perairan Filipina," kata dia.
???????BMKG memprediksi, cuaca buruk akibat dampak fenomena siklon mulai pukul 14.00 WITA dan seterusnya dengan siklus tumbuh kembang sekitar tujuh hari.
Adapun badai tersebut tumbuh pada Jumat (16/4).
Alim menyebut, salah satu dampak ditimbulkan seperti angin puting beliung yang menimpa wilayah pesisir Kabupaten Poso, pada Sabtu (17/4) mengakibatkan sejumlah rumah warga dan rumah ibadah rusak.
"Peristiwa yang terjadi di Poso adalah bagian dari fenomena siklon tropis, dan kebiasaan fenomena tersebut sebagai mana siklusnya, puncak siklon tropis terjadi pada hari ketiga, lalu dihari keempat hingga tujuh berangsur hilang," ucap Alim.
Dia menambahkan, BMKG belum bisa mendeteksi sejauh mana dampak terparah yang ditimbulkan badai tersebut.
"Karena wilayah Sulteng hanya mendapat imbas dampak tidak langsung," kata Alim. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia