Wisata Danau Toba akan Dikelola seperti United States National Park Service

Jumat, 19 Februari 2016 – 23:58 WIB
Danau Toba. ILUSTRASI. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Presiden Jokowi sudah menetapkan 10 Destinasi Prioritas di pariwisata. Ide membangun "10 Bali Baru" itu pun diterjemahkan Menpar Arief Yahya dengan mencari jawaban atas pertanyaan “why” dan "how"! 

Pendek kata: harus ada percepatan untuk mewujudkan gagasan besar presiden tersebut. 

BACA JUGA: Sarjana Teknik Itu Menjelma Jadi Puteri Indonesia

Pertama, harus ada Badan Otorita. Itu mutlak dan tidak bisa didiscount sedikitpun. Badan Otorita inilah yang akan mengatur dari tataran konsep sampai teknis, memberi arah, mendesain kawasan, mengeluarkan izin, dan menjaga agar kawasan Toba tetap konsisten seperti yang diimpikan. 

“Badan Otorita itu merupakan perwujudan dari prinsip Single Destination, Single Management,” jelas Menpar, Arief Yahya di Jakarta. 

BACA JUGA: OSO: Bela Negara Momentum Kebangkitan Pemuda

Mengapa selama ini Toba tidak semakin moncer? Tidak sehebat dan segaung nama besarnya, tidak sepopuler legendanya, dan tidak se-atraktif keindahan alamnya? Tidak mencerminkan kebanggaan sebagai danau terbesar, terluas dan paling bersejarah di negeri ini? 

Ibarat perusahaan, maka danau yang berada di Sumatera Utara ini dipimpin oleh tujuh orang Chief Executive Officer (CEO). Ke-7 CEO itu tidak kompak, tidak saling akur, tidak solid, bahkan cenderung saling jegal satu dengan yang lain. 

BACA JUGA: Puteri Ini Gugup Dapat Pertanyaan dari Laudya Cynthia Bella

“Dari potret problem itu saja saya pastikan, sampai 50 tahun ke depan pun tidak akan berhasil. Dan terbukti, dari waktu ke waktu, jumlah wisman Sumatera Utara dengan ikon Danau Toba terus menurun. Karena itu soal manajemen destinasi ini menjadi critical success factor. 

Satu persoalan ini jika diselesaikan cepat, akan menjadi pintu bagi penyelesaian masalah lain yang membelit Toba,” kata penulis buku bertema marketing dan manajemen “Paradox  Marketing” dan “Great Spirit Grand Strategy” itu.

Arief Yahya meyakini, Danau Toba itu legendaris. Di balik air danau yang tenang itu, menyimpan sejuta cerita, dari yang mistik sampai ilmu geologi yang ilmiah. Dua-duanya punya daya pikat yang luar biasa, dan akan menjadi story line yang sangat kuat sebagai atraksi. 

“Jadi, soal Atraksi, Danau Toba tidak perlu diragukan lagi,” ungkap lulusan Teknik Elektro Telekomunikasi, ITB itu. 

Karena itu, biarlah Badan Otorita nanti yang akan mengurus sampai hal-hal yang paling detail. Pola single management ini sebenarnya bukan cara baru, juga bukan temuan baru. 

Benchmarking dari banyak pengelola kawasan geopark pariwisata yang sukses di seluruh dunia, juga menggunakan konsep ini. CEO harus satu orang dan berkuasa penuh, tidak boleh diintervensi oleh siapapun, apalagi kepala daerah yang selama ini saling berseberang.
 
Arief mencontohkan Yellow Stone National Park, kaldera terbesar di benua Amerika yang pertama kali dijadikan objek wisata taman nasional di dunia. Daya tariknya adalah grand canyon of Yellowstone dan Grand Prismatic Spring. Tahun 2014, jumlah wisman yang masuk ke sana, 3 juta orang. Event terbesar adalah sepeda atau cycling tour. 

“Manajemennya satu, yakni United States National Park Service. Hanya satu saja!” tegas Arief Yahya.(dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hebat, Sumatera Tempatkan 5 Wakil di 10 Besar Puteri Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler