Wow! Astri Ivo jadi Tempat Curhat Para Napi

Minggu, 19 Juni 2016 – 06:21 WIB
Astri Ivo, saat ditemui Jawa Pos di Grand Zuri, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, 17/6. Foto: Agus Wahyudi /JAWA POS

jpnn.com - ASTRI Ivo, salah satu selebriti yang meniti jalan dakwah. Mengisi kultum dalam buka puasa bersama 500 anak yatim di Grand Zuri Hotel, BSD, Tangerang, Jumat (17/6), Astri membawakan cerita tentang perubahan ulat menjadi kepompong, kemudian bertransformasi menjadi kupu-kupu. 

Perempuan yang akrab disapa Bunda Aci tersebut berpesan kepada anak-anak bahwa berpuasa menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. 

BACA JUGA: Teuku Wisnu Dulu Bergelimang Materi tapi Merasa Kosong

Dalam berdakwah, Astri mempertimbangkan khalayaknya. ”Karena tadi mayoritas anak-anak, kalau kita terangkan konsep pahala, itu terlalu abstrak bagi mereka. Saya beri cerita-cerita yang dekat dengan mereka,” ujar Astri, lantas tersenyum. 

Setelah waktu berbuka dan salat Magrib, pemilik nama lengkap Astrie Feizaty Ivo itu dengan ramah melayani permintaan foto bersama. 

BACA JUGA: Dua Penyanyi Beken Terjatuh saat Manggung Pekan Ini

Sosok Astri sudah tak asing di dunia hiburan tanah air. Putri penyanyi Ivo Nilakreshna tersebut mulai berakting pada usia lima tahun. Perempuan kelahiran 21 September 1964 itu juga bermain dalam film Samiun dan Dasima yang mengantarkannya menjadi pemeran anak-anak terbaik dalam Festival Film Asia 1971 yang diadakan di Taipei.

Sampai remaja, Astri bermain di banyak film bersama sederet bintang populer pada masa itu seperti Rano Karno dan Roy Marten. 

BACA JUGA: Inilah Nama-nama Musisi yang Tewas Didor

Dia lalu berangkat kuliah ke Jerman pada 1984 dan menikah dengan Dariola Yusharyahya dua tahun kemudian. Setelah menuntaskan studi dan pulang ke Indonesia pada 1990, Astri kembali main sinetron.    

Pertengahan 1990-an, Astri mengalami sebuah momen yang membuatnya hijrah. Astri merasa dituntun Allah untuk datang ke pengajian untuk mempelajari Alquran. Sampailah Astri pada ayat yang mewajibkan perempuan menjulurkan jilbabnya, menutup aurat. 

”Saya baru sadar bahwa itu wajib. Saya pikir selama ini cukup menjadi ’orang penting’. Maksudnya yang penting salat, puasa, zakat, udah cukup,” ucap Astri diiringi tawa kecil.

Sejak itu ibunda tiga putra, Kevin Arighi Yusharyahya, 23; Adrio Faresi, 20; dan Riedo Devara, 18; tersebut memutuskan berhijab. Astri mengenang, ketika itu dirinya dan suami sama-sama belajar memahami Alquran dan mengamalkannya. 

”Butuh waktu untuk menyamakan visi bahwa keluarga sakinah itu keluarga yang diatur Allah dan tuntunannya ada dalam Alquran,” tuturnya. 

Setelah mengenakan jilbab, Astri tidak meninggalkan dunia hiburan. Bagi dia, artis tidak berbeda dengan pekerjaan lain: dokter, politikus, atau pengusaha. 

Bergantung pada tiap individu dalam menjalankan profesi tersebut untuk memberikan manfaat atau sebaliknya. Tawaran untuknya juga terus berdatangan. 

”Berjilbab tidak menghalangi kita dalam menjemput rezeki,” kata Astri yang film terbarunya, Surga Menanti, dirilis 2 Juni lalu. Ada syarat dan batasan yang dipegang teguh oleh Astri. Yaitu, cerita harus bermanfaat dan memberikan pencerahan bagi pemirsa serta tidak melanggar syariat. 

Hikmah yang dirasakan setelah berhijrah, Astri mampu menjaga lisan, menjaga hati dan perasaan orang lain, serta menjadi orang yang bermanfaat. 

Cerdas bukan hanya intelektual, tetapi juga spiritual. ”Kita di dunia hanya musafir. Tugas kita mengumpulkan bekal untuk hidup kelak di akhirat,” tutur Astri.

Seiring dengan berjalannya waktu, Astri kerap mendapatkan tawaran untuk mengisi seminar dan memberikan tausiah. ”Manusia punya kewajiban untuk berdakwah. Mengajak orang melakukan kebaikan, kita akan dapat kebaikannya juga,” imbuh dia. 

Astri pernah mengisi pengajian dari Aceh sampai Ternate. Belum lama ini dia baru pulang dari Hongkong, berdakwah di kalangan buruh migran dengan membawakan materi persiapan Ramadan. 

Sebelumnya, pada momen Hari Kartini, Astri mengisi tausiah di Rutan Pondok Bambu. Astri kerap menerima curhatan para napi. ”Mereka ragu apakah Allah masih menerima tobatnya, apakah masyarakat juga bisa menerima, terus nanti kerja apa setelah bebas,” paparnya. 

Astri pun menyemangati mereka. ”Kalau sulit dapat pekerjaan, ya ciptakan pekerjaan sendiri sesuai potensi. Membuat kue, menjahit, atau menciptakan karya lainnya. Allah melihat usaha kita,” lanjut dia sembari malam itu bersiap berangkat ke Tasikmalaya untuk mengisi kajian pada Sabtu pagi (18/6).

Sebagai ibu tiga anak, Astri concern pada ilmu parenting. Dia kerap membawakan materi Islamic parenting ketika mengisi kajian dengan audiens para ortu. Misi pendidikan anak-anak dibangun atas tiga pilar. Yang pertama adalah tauhid, mengenalkan anak dengan Sang Pencipta (hablum minallah).

Kedua, akhlak yang baik sehingga hubungan dengan sesama manusia juga baik (hablum minannas). ”Ketiga, punya kompetensi untuk menjadi khalifah. Allah sudah memberikan perangkat potensi kepada anak. Tugas kita sebagai ortu memunculkan potensi tersebut,” papar penulis tiga buku: Cantik Sepanjang Usia, Bukti Cintaku Pada-Mu, dan Sepasang Sayap Menuju Surga itu. 

Astri mengatakan, yang paling membuatnya bersyukur adalah saat-saat ketika kajian yang diberikannya sampai ke hati audiens dan mereka mau mengamalkannya. Ketika menyampaikan kajian kepada orang lain, sejatinya dia juga belajar. 

Astri pun terus menambah ilmu diri. Dia mengikuti beberapa kajian rutin, antara lain fikih dan tadabur dua kali dalam sepekan dengan Ustad Bachtiar Nasir. ”Harus terus diisi. Agar banyak yang bisa dibagikan,” ucapnya. (lum/nor/dod/c9/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Tahun tak Main Film, Luna Maya Tiba-tiba...Wow!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler