jpnn.com - jpnn.com - Kabar rencana pernikahan Pangkalima Burung (Panglima Dayak) dengan Sri Baruno Jagat Prameswari benar-benar menghebohkan.
Menurut rencana, pernikahan antara Panglima Dayak dengan titisan Nyi Roro Kidul itu digelar di Desa Telok, RT 01, No 19, Kecamatan Katingan Tengah, pada 28 Februari 2017.
BACA JUGA: GAIB! Pangkalima Burung Nikahi Keturunan Nyi Roro Kidul
Beberapa petinggi tanah air turut diundang menghadiri pernikahan gaib tersebut.
Di antaranya, Presiden Joko Widodo, Kapolri Tito Karnavian dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Selain itu, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran dan Bupati Katingan Ahmad Yantenglie juga bakal diundang.
Kabar rencana pernikahan yang dilangsungkan di kediaman Damang Kepala Adat Katingan Tengah Isay Judae itu membuat pihak berwajib langsung turun tangan.
Petugas Polsek Katingan Tengah mengecek kebenaran rencana pernikahan lintas budaya gaib ini.
Rupanya, peristiwa aneh ini benar-benar bakal terjadi.
Isay mengatakan, pernikahan itu memang akan dilangsungkan.
“Semua persiapan sudah dilakukan dan semua kebutuhan acara sudah dibeli seperti sapi, babi dan lainnya,” kata Isay di kediamannya di Desa Telok, Rabu (22/2).
Isay mengatakan, rencana itu berawal saat wanita bernama Ny Retno datang bersama pria ke kediamannya pada 12 Februari 2017.
Kedua tamu lalu dipersilakan masuk rumah. Wanita itu mengaku utusan Sri Baruno Jagat Prameswari.
“Kedatangan mereka ke tempat saya untuk mencari damang atau tokoh adat. Lalu saya tanya kenapa? Ibu itu menjawab, katanya mereka sudah menerima pinangan Pangkalima Burung dari Kalimantan terhadap Putri Merapi di Jawa Tengah, sehingga, mereka ingin mengatur acara perkawinan,” jelasnya.
Dia menambahkan, mempelai perempuan ingin melangsungkan pernikahan sesuai tata cara adat Kalimantan atau Dayak.
Karena itu, kata Isay, mereka datang mencari tokoh adat untuk menikahkan Pangkalima Burung dan Sri Baruno Jagat Prameswari.
Mendengar permintaan itu, Isay merasa agak janggal.
Dia lalu mengajak kedua tamu itu mendatangi pisur guna menenung (meramal) kebenaran kabar tersebut.
“Pertama kali menenung, kami tanya apa benar perjalanan mereka (Retno dan teman laki-lakinya ). Alat pisur berupa benda kemudian berputar. Itu menandakan benar. Seterusnya kami tanya yang lain-lain hingga tempat pelaksanaan acaranya yang ditunjuk langsung di tempat saya juga berdasarkan tenung tadi,” imbuhnya.
Setelah penenungan selesai, orang yang mengaku utusan itu menyerahkan sepenuhnya pada Damang dan masyarakat adat mempersiapkan pernikahan.
Setelah itu, mereka mengaku langsung kembali ke Palangka Raya.
Setelah pertemuan pertama, Isay mengumpulkan tokoh adat setempat untuk melakukan rapat menyikapi rencana itu.
Berdasarkan hasil rapat, pernikahan membutuhkan biaya sekitar Rp 61 juta.
“Ketika rapat itulah, ada telepon dari Retno dan menanyakan apakah sudah sinkron rincian pernikahan. Kami sampaikan sudah dan saya saat itu tidak menyampaikan nilai sebesar Rp 61 juta, karena takut nanti ada yang kurang. Sehingga saya sampaikan nilainya sebesar Rp 70 juta,” imbuhnya.
“Mendengar apa yang saya sampaian, dari nada suaranya memang lemah dan terkesan seperti tidak setuju. Singkat cerita, setelah rapat itu kami bubar dan berpesan supaya ini tidak heboh jangan sampai bocor. Karena waktu itu kami tidak tahu apakah benar atau tidak ini pernikahan,” terang Isay. (eri/top)
Redaktur & Reporter : Ragil