Wow, Tanam Sekali, Petani Buleleng Bisa Panen Berkali-kali

Sabtu, 13 Januari 2018 – 16:06 WIB
Panen Raya Padi. Foto Ilustrasi: dokumen JPNN

jpnn.com, BULELENG - Kelompok tani Subak Bukit Telu, Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng, Bali menggelar panen raya. Petani di sini sukses menerapkan teknologi Salibu, yaitu sistem tanam padi sekali dengan panen berkali-kali dari bibit yang sama.

Panen Raya yang dihadiri lebih dari 150 undangan ini berlangsung meriah.

BACA JUGA: Grobogan Pertama Kali Panen Padi Bulan Ini

Tampak hadir, Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Swatantra, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang Malang Kresno Suharto, Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali I Wayan Sunarta, dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP) Bali.

Selain itu, hadir juga Kapolsek Busungbiu, Camat Busungbiu, Dandim 1609 Buleleng, Danramil Busungbiu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) serta ratusan petani yang penasaran ingin melihat hasil panen dari teknologi Salibu ini.

BACA JUGA: Tiap Hari Panen Padi, Pandeglang Lumbung Pangan Banten

"Teknologi Salibu yang baru pertama kali diterapkan di Buleleng ini merupakan program pemerintah yang berasal dari APBN 2017. Tujuannya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi," ujar I Wayan Sunarta.

Para petani ini menggunakan paket lengkap teknologi Salibu dari PT Prima Agro Tech yang berlandaskan agro-biotechnology untuk setiap produknya. Adapun paket produk yang digunakan dalah Decohumat, Oriza Plus, Metarizep, BT Plus, Kalsika, dan Humatop.

BACA JUGA: Petani Pangandaran Senang, Kini Bisa Panen Tiga Kali Setahun

"Teknik ini diterapkan sebagai usaha inovasi peningkatan kebutuhan beras dan usaha mencapai swasembada pangan," kata I Wayan Sunarta.

Kendati cuaca mendung dan gerimis sempat mengguyur lokasi, namun tidak menyurutkan antusiasme dari seluruh undangan untuk tetap bertahan di lokasi kegiatan. Acara dimulai dengan pemotongan padi secara simbolis oleh Kepala Dinas Buleleng bersama 9 orang perwakilan dari 10 instansi.

Lahan seluas satu hektar di lokasi ini menjadi sebuah bukti nyata atas prestasi dari teknologi SALIBU mewakili dari total 12,5 Ha yang tersebar di 8 kecamatan dari seluruh Kabupaten Buleleng, diantaranya Kecamatan Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Banjar, Seririt, Sukasada, Buleleng, dan Sawan.

I Wayan Sunarta menjelaskan, dengan menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang, serta dengan sistem tanam PTT tanpa legowo, hasil panen Salibu yang berarti produksi kedua dari bibit sebelumnya mencapai 7 ton/Ha Gabah Kering Panen (GKP), hampir menyamai hasil panen bibit pertama atau produksi pertama yaitu 8,8 Ton/Ha.

Hal ini sangat menarik perhatian karena petani bisa mendapatkan hasil produksi yang berkali-kali lipat tanpa harus membeli benih baru dan menghabiskan waktu untuk melakukan penyemaian baru. Karena Salibu ‘hanya’ memanfaatkan sisa tanaman yang telah dipanen sebelumnya.

“Tahap pertama padi salibu ini sangat menggembirakan. Hasilnya tidak jauh berbeda dari konvensional (panen sebelumnya-red). Malahan kita untung karena dapat menghemat biaya produksi karena tidak perlu ongkos tanam untuk membeli benih dan penyemaian dan waktunya 50 hari lebih cepat karena ada yang bisa diputus” ujar I Wayan Sunarta.

Dia mengungkapkan, program Salibu ini bisa dijadikan program unggulan padi di Kabupaten Buleleng mengingat hasilnya memuaskan. Suksesnya panen raya padi teknologi salibu di Buleleng ini tidak lepas dari cara perawatan tanaman yang tepat serta pengelolaan hama dan penyakit yang cermat pada areal pertanaman.

“Aplikasi Salibu akan kami kembangkan di kecamatan lain. Dan pemerintah turut mendukung untuk meningkatkan produktivitas hasil panen,” tambahnya.

Para petani Buleleng pun takjub dengan adanya teknologi ini. Dengan terbukti suksesnya panen raya ini, mereka makin optimis mengunakan teknologi Salibu bisa menekan biaya produksinya.

“Acara ini berkesan, panennya bagus. Kendala biasanya di bagian pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi hasil panen. Ke depannya setelah panen ini, kami petani akan tanam Salibu lagi. Hasil panen pertama bisa dijadikan sebagai pembelajaran,” ujar Suede, petani Kecamatan Busungbiu.

Budidaya padi salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/ peningkatan produksi. Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain tinggi pemotongan batang sisa panen, varietas, kondisi air tanah setelah panen, dan pemupukan.

Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama.

Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).

Salibu merupakan metode tanam tanpa menggunakan benih dan tanpa pengolahan lahan. Teknik salibu menggunakan bonggol tanaman padi sisa panen musim pertama sehingga lebih cepat panen.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kafe Dirazia, Teh Lilis Mabuk Kratingdaeng Campur Komix


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler