jpnn.com, SIBOLGA - Seorang anak di bawah umur, sebut saja Bunga, 6, di Sibolga Selatan, Sumut, menjadi korban penyekapan sekaligus pelecehan seksual pada Sabtu (5/8) lalu.
Pelakunya adalah tiga bocah laki-laki. Dua di antaranya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan seorang lagi adalah pelajar SMP.
BACA JUGA: Kasus Aktivis PMII Remas Dada Satpol PP Bogor Berakhir Damai, Kok Bisa?
Ju, 39, orang tua korban sangat terpukul setelah mendapat kabar bahwa anak pertamanya menjadi korban pelecehan seksual.
Warga Kecamatan Sibolga Selatan yang selama ini hidup di Medan bersama anak keduanya dan terpisah dari istri dan anak pertamanya, langsung berangkat untuk melihat langsung kondisi buah hatinya tersebut.
BACA JUGA: Sekap Orang, Midi Hanya Dituntut 4 Bulan Penjara
Ditemui di salah satu kantor lurah Kecamatan Sibolga Selatan, Ju bersama keluarganya mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Sabtu (5/8). Bunga yang saat itu disuruh membeli sayur tiba-tiba saja menangis. Warga yang curiga mendengar tangisan Bunga mencoba menenangkannya dan menanyakan penyebab dia menangis.
Dengan lugu, bocah yang belum sekolah ini menceritakan perbuatan ketiga anak laki-laki tersebut. Dia mengaku disekap di sebuah bangunan yang baru selesai dibangun dan belum ditempati dan dipaksa melakukan adegan layaknya suami istri.
BACA JUGA: Remas Dada Petugas Satpol PP Saat Demo, Aktivis PMII Dilaporkan ke Polisi
Warga yang mendengar cerita Bunga spontan kaget dan langsung membawanya melapor ke polisi.
“Saya tinggal di Medan. Ini (Bunga) anak saya yang pertama. Adiknya tinggal dengan saya di Medan. Keluarga yang memberitahu kejadian ini, makanya saya langsung ke sini. Yang teriak-teriaknya dia Sabtu itu, didengar warga. Ditanya kenapa nangis, dibilangnya kalau dia dianukan 3 anak itu. Warga membawanya mengadu ke polisi. Jadi, bukan kami yang mengadu, warga yang mengadukan,” kata Julianto seperti dilansir Metro Siantar (Jawa Pos Group) hari ini.
Yang membuatnya kesal, derita yang dialami putrinya tersebut telah didamaikan begitu saja oleh keluarga istrinya dengan keluarga para pelaku, dengan membawa korban berobat dan dijanjikan akan diupa-upa.
“Aku ditelepon pas di atas mobil. Katanya mau berdamai. Kubilang tunggu saja aku sampai di Sibolga. Katanya nggak bisa, harus malam itu berdamai. Masa didamaikan, tapi orangtuanya nggak ada di situ. Mana terima aku. Dibawa orang itu berobat ke bidan. Nanti katanya mau diupa-upa,” ungkapnya dengan penuh kekesalan.
Dengan nada kesal, Ju mengaku akan menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan atas perbuatan ketiga anak laki-laki tersebut.
“Masa hanya berdamai. Terus anak saya gimana? Masa depannya gimana lagi? Dia sudah trauma dengan kejadian itu. Coba kalau anak mereka dibegitukan. Terus, hanya kami obati dan kami upa-upa? Aku nggak mau masalah ini sampai di sini saja. Lanjut ini terus,” kesalnya.
Senada dikatakan Bunga. Sambil memeluk ayahnya, Bunga menceritakan kejadian tersebut.
“Aku mau beli sayur, dipanggil orang itu aku, disuruhnya aku masuk ke dalam. Ditutup orang itu mulutku, ada yang memegang tanganku. Baru dibuka orang itu (maaf) celanaku. Diginikanlah aku,” kata Bunga menceritakan apa yang dialami saat itu.
Usai melakukan perbuatan tak senonoh itu, ketiga anak laki-laki tersebut sempat berpesan kepada Bunga untuk mengulangi perbuatan tersebut.
“Besok kita ulangi lagi iya,” ungkap Bunga menirukan perkataan ketiga anak laki-laki tersebut.
Bahkan, di hadapan ayah, nenek dan anggota keluarganya yang lain, Bunga mengaku kalau kejadian tersebut tak hanya terjadi sekali itu saja. Ternyata, perbuatan tak senonoh tersebut sudah dilakukan berulang kali.
“Di gunung, terus diajak orang itu aku. Sudah kubilang nggak mau aku, tapi tetap dipaksa orang itu,” pungkasnya.
Mendengar itu, nenek Bunga (ibu ayah Bunga) langsung menangis sejadi-jadinya.
“Ala iya, Tuhan. Hinanya itulah kami dibuat orang itu,” isaknya.
Sementara, lurah yang memediasi pertemuan didampingi Bhabinkamtibmas Aiptu Chandra Panjaitan membenarkan bahwa kejadian tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan. Itu setelah ada saran dari pihak kepolisian, karena pelaku masih di bawah umur 12 tahun.
“Malamnya langsung dimediasi, berdamai. Kedua keluarga sudah setuju berdamai. Memang sudah sempat dilapor polisi. Karena pelakunya masih di bawah umur, disepakati korban akan diobati dan diupa-upa,” kata lurah ini.
Dijelaskan, yang hadir dari pihak korban saat berdamai adalah nenek korban.
“Kalau malam itu nggak mau berdamai, harusnya dibilang. Yang hadir malam itu, neneknya (korban),” jelasnya.
Amatan wartawan, hadir di kantor lurah tersebut 2 pelaku didampingi keluarganya. Sementara, seorang lagi, yang berstatus pelajar SMP, tidak dapat hadir. Kedua pelaku tertunduk duduk di kursi plastik.
Sementara, keluarga korban tetap ngotot agar korban segera divisum dan persoalan tersebut lanjut ke ranah hukum. (ts/ms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Lecehkan ABG, SN Dilaporkan ke Badan Kehormatan Dewan
Redaktur & Reporter : Budi