Siap Tambah Anggur Merah demi Tekan Human Trafficking di NTT

Jumat, 25 Mei 2018 – 16:16 WIB
Calon Wakil Gubernur NTT Emilia J Nomleni dalam safari politik di Kabupaten Tomor Tengah Selatan, Selasa (22/5). Foto: PDIP for JPNN

jpnn.com, TIMOR TENGAH SELATAN - Tingginya angka perdagangan manusia atau trafficking in person di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi sorotan banyak kalangan. Sebab, banyak warga NTT yang menjadi korban perdagangan manusia.

Salah satu daerah di NTT yang memiliki angka perdagangan manusia tinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Hal itu juga menjadi perhatian Calon Wakil Gubernur (Cawagub) NTT Emilia J Nomleni.

BACA JUGA: Kunjungan Mama Emi Bangkitkan Optimisme Petani

Pasangan Marianus Sae pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT itu telah melakukan safari politik di Kabupaten TTS, Selasa lalu (22/5). Menurutnya, Kabupaten TTS menghadapi banyak kasus perdagangan manusia.

“Dan kita selalu saja menerima jenazah orang-orang kita yang bekerja di luar,” ujarnya.

BACA JUGA: Kiprah Mama Emi Angkat Pamor Orang Timor

Karena itu, Mama Emi -panggilan karib Emilia- tak mau kasus itu berulang. Politikus PDI Perjuangan itu sudah menyiapkan program untuk menekan angka perdagangan manusia.

“Kami menyiapkan modal bagi para perempuan dan pemuda, agar mereka bisa membuka usaha dan bekerja di sini," katanya.

BACA JUGA: Dambakan Pelabuhan Peti Kemas, Warga Curhat ke Paket Marhaen

Duet Marianus Sae-Emilia J Nomleni yang dikenal dengan sebutan Paket Marhaen juga akan menyiapkan modal kepada masyarakat. Dia berencana meneruskan kebijakan Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang telah meluncurkan program bernama Anggur Merah.

Program Anggur Merah merupakan akronim dari anggaran menuju rakyat sejahtera yang digelontorkan ke desa-desa di NTT. Hanya saja, Emilia akan menaikkan anggarannya.

“Angkanya kami naikkan menjadi Rp 500 juta per desa per tahun. Saya percaya jika penguatan-penguatan modal ini disiapkan pemerintah dan dikelola masyarakat, angka human trafficking akan berkurang," tuturnya.

Upaya pencegahan lainnya untuk menekan angka perdagangan manusia adalah mendorong aparat desa proaktif mencatat warganya yang merantau ke daerah lain. “Karena yang terjadi sekarang ini, para perekrut akan menggunakan berbagai cara dalam menjaring korban human trafficking," akunya.

Menurut Emilia, sindikat perdagangan manusia tak hanya menggunakan janji manis untuk merekrut calon korban. Bahkan, perekrutnya mendapat imbalan hingga Rp 12 juta per orang.

“Jadi misalnya dia rekrut sepuluh orang saja sudah dapat Rp 120 juta. Bayangkan, dia yang dapat senang, anak kita yang sengsara," tuturnya.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Petani Doakan Mama Emi Terpilih agar Kelangkaan Air Teratasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler