"Tipe penikmat kekuasaan itu, dia hanya diam saja, menikmati kekuasaannya, untuk dirinya sendiri. Kalau pemegang kekuasaan, dia menggunakan kekuasaannya untuk berbuat demi kesejahteraan rakyat," ujar Irmadi Lubis kepada wartawan di Jakarta.
Irmadi, yang usai lebaran dikabarkan akan duduk lagi sebagai anggota DPR lewat proses Pergatian Antar Waktu (PAW) menggantikan Panda Nababan, menjelaskan alasan pentingnya gubernur Sumut mendatang bukan sosok 'penikmat kekuasaan'.
Dikatakan, dalam kurun waktu sekian puluh tahun sejak era reformasi, posisi gubernur Sumut sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, sangat lemah. Lob-lobi ke pusat tidak jalan sehingga pembangunan di Sumut pun stagnan.
Irmadi mencontohkan lambannya pembangunan Bandara Kualanamu. "Dari perhitungan apa pun, Sumut lebih berhak punya bandara internasional setelah Jakarta dan Surabaya. Tapi kenapa Ujung Pandang, Padang, malah lebih cepat dibanding Kualanamu," urai mantan anggota DPR yang duduk di Komisi yang membidangi industri dan perdagangan itu.
Dia mengatakan, keberadaan Bandara Polonia Medan justru menyandera proses pembangunan Kota Medan, sebagai sebuah kota metropolitan. Ini terkait dengan ketentuan larangan membangun gedung berlantai tinggi agar tidak mengganggu penerbangan. "Polonia itu sangat mengganggu perencanaan pembangunan Kota Medan. Metropolitan apa? Membangun gedung saja tak bisa delapan tingkat. Padahal pengadaan tanah sangat mahal," ujarnya dengan nada serius.
Sampa-sampai, pria asal Siantar itu cerita, dirinya pernah bilang ke Syamsul Arifin sewaktu masih aktif sebagai gubernur. "Saya sampaikan ke Syamsul, aku bilang, lobi lah ke Jakarta, jangan melawak-melawak saja," kata Irmadi.
Bukan hanya masalah bandara, Irmadi juga menilai, lambannya pembangunan jalan tol Tanjung Morawa-Tebing Tinggi, juga karena lemahnya lobi yang dilakukan gubernur ke Jakarta. Sepinya sektor pariwisata di Sumut juga dipicu sebab yang sama. "Gubernur ke depan jangan penikmat kekuasaan, yang hanya diam saja. Tapi harus yang berani melobi. Jangan hanya menunggu. Lobi, kalau perlu dengan sedikit memaksa," terang Irmadi.
Lantas, dari sejumlah kandidat yang sudah muncul, adakah figur yang bukan penikmat kekuasaan? Dengan tegas Irmadi menyebut, ada. Hanya saja, dia emoh menyebut nama. "Yang jelas bukan orang partai," ujarnya enteng.
Didesak terus untuk menyebut nama, Irmadi tetap saja tidak mau.Dia lagi-lagi menyebut kriteria yang layak. Menurutnya, dalam kondisi pembangunan di Sumut yang ngadat seperti saat ini, maka sosok yang tepat adalah yang sudah tahu benang-kusut ganjalan pembangunan.
"Jangan cari orang yang masih butuh waktu untuk belajar. Tapi, begitu duduk, dia langsung mulai kerja. Apalagi jika wakilnya tak pengalaman, dibodoh-bodohin sama birokrat, sama kadis-kadis," cetusnya.
"Harus orang yang tahu mengurai benang kusut. Jangan orang baru, yang kalau salah tarik benang, malah tambah kusut," imbuhnya lagi.
Mengarah ke RE Nainggolan nih? "Ah, terserah. Kau cari sendiri lah," ujarnya enteng, disambut tawa para wartawan, yang mayoritas berasal dari Sumut. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Target PAN Tidak Muluk-muluk
Redaktur : Tim Redaksi