Yang Perlu Anda Ketahui tentang Sakit Maag, Jangan Sepelekan

Selasa, 19 Februari 2019 – 07:45 WIB
Sakit maag. Ilustrasi Foto: Pixabay

jpnn.com - Sakit maag tidak boleh disepelekan. Bahkan jika dibiarkan, luka dan berlebihnya asam di lambung ini disebut-sebut berpotensi merenggut nyawa.

Yuda Almerio, Nofiyatul Chalimah, Muhammad Rifqi

BACA JUGA: Hobi Makan Gorengan Bisa Picu Mag?

DUDUK di atas kursi tunggu, kedua mata Celine Natasya terus saja melirik arloji tangannya. Sudah sejam lebih rasa lapar menggoda. Maklum demi tugas kuliah dan penuhi janji temu dosen, bungsu itu melewatkan sarapan dan makan siang.

Tiba-tiba saja, rasa panas bercampur nyeri menusuk-nusuk perutnya tanpa henti. Gering itu bahkan sampai ke ulu hati. Tertunduk lesu berkeringat dingin, Celine hanya bisa meringis menahan sakit. Dia pun sadar, asam lambungnya sudah bergejolak sejak alpa santap siang.

BACA JUGA: 5 Cara Mudah Atasi Maag

Syukur dosen yang dinanti menyapa, tugas kuliah pun diserahkan. “Setelah itu, saya langsung menghubungi kawan agar dibelikan obat pereda sakit mag,” kisah Celine.

Sayangnya petaka itu tak berhenti. Dua pekan sejak sakit itu menyerang, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, itu pun tumbang. Penawar sakit lambung yang ditenggak pun tak mempan. Cepat-cepat dia menghubungi orangtuanya di Balikpapan. “Padahal, waktu itu mau ujian tengah semester,” ujarnya mengingat kejadian tiga tahun lalu itu.

BACA JUGA: Tips Menjalankan Puasa bagi Penderita Mag

Di Kota Minyak, Celine dirawat di salah satu rumah sakit swasta. Medikus spesialis penyakit dalam yang memeriksanya kala itu menyebut ada luka-luka kecil dan besar di lambungnya. Itu diketahui setelah dokter melakukan endoskopi atau pemeriksaan visual dengan menggunakan alat berbentuk selang fleksibel dengan lampu serta kamera di ujungnya.

Dari diagnosis, Celine memang kerap menunda makan. Sebab, saat itu dia sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas kuliah. Tak hanya itu, doyan makan pedas dan begadang jadi penyebab sakit maag. “Makanya asam lambungnya makin bergejolak,” sebutnya.

Selama satu minggu lebih dia harus mendapat transfusi darah kemudian dilanjutkan dengan pengobatan selama tiga bulan. Sejak saat itu, dia berusaha tak mengonsumsi makanan pedas lagi. “Kapok, jadi dikurang-kurangin.”

Dia pun bersyukur, jika waktu tak segera ditangani bisa bahaya. Meski demikian, dia merasa lambungnya sudah tak seperti dulu lagi, kuat menerima makanan pedas.

Dia pun berpesan jangan pernah menunda makan atau merusak pola makan karena itu berbahaya. Luka di lambungnya tersebut disebabkan kebiasaan melewatkan sarapan atau makan siang selama beberapa tahun, terhitung sejak masuk universitas, 2013 lalu. “Jadi jangan sampai disepelekan,” pesannya.

Gastritis atau biasa dikenal dengan sakit maag sering kali dianggap remeh dan tak ditangani dengan serius lantaran tak berdampak apa-apa.

Menurut Hirlan dalam Ilmu Penyakit Dalam (Jilid II Edisi 4, 2014, hal 68–71) gastritis memang dianggap sebagai suatu hal yang remeh. Namun, kebiasaan tersebut merupakan awal dari suatu penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.

Celine adalah satu dari jutaan warga Indonesia yang mengalami itu. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2012, gastritis merupakan penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9 persen).

Sementara itu, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2004 menyebut, insiden gastritis di dunia sekitar 1,8–2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Dari penelitian tersebut disebutkan Indonesia berada di urutan pertama dengan angka 40,8 persen atau prevalensi 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk ketika itu.

Lalu di urutan kedua ada Kanada 35 persen, kemudian diikuti oleh Tiongkok memiliki tingkat kejadian sebanyak 31 persen, Prancis 29,5 persen, selanjutnya Inggris sebanyak 22 persen, dan Jepang 14,5 persen.

Survei terhadap 96 responden di Kaltim soal sakit maag didapatkan sebanyak 89,58 persen responden mengetahui bahaya sakit mag dan 50 persen di antaranya menyatakan penyakit itu disebabkan lantaran pola makan tidak teratur.

Ditemui terpisah, medikus spesialis penyakit dalam RS Dirgahayu Samarinda, Hendra Widjaja mengatakan, dunia kedokteran mengenal maag sebagai sindrom rasa sakit atau tidak nyaman yang terjadi pada daerah ulu hati, saluran cerna bagian atas dan organ sekitar.

Gejala sakit maag yang biasanya terjadi, antara lain mual, kembung, cepat kenyang, dan kurang nafsu makan. Terdapat dua jenis mag, yakni mag fungsional dan organik. Mag fungsional merupakan penyakit yang setelah dideteksi ternyata tidak mengalami gangguan anatomis di saluran pencernaan.

Sedangkan mag organik merupakan penyakit yang terdapat gangguan anatomis berupa luka pada saluran pencernaan. “Yang paling sering dikeluhkan adalah mag fungsional. Misalnya rasa begah setelah makan, cepat kenyang atau nyeri di ulu hati,” tuturnya.

BACA JUGA: Pakar Gizi Ungkap Manfaat Besar jadi Vegetarian

Berbeda dengan mag organik, lanjut dia, ketika pola makan tak teratur atau kerap menunda makan, asam lambung yang lazimnya diproduksi untuk menghancurkan makanan bergejolak. Masalah ini akan semakin runyam ketika penderita langsung mengonsumsi makanan pedas atau asam yang bisa memperparah mag organik. “Jika dibiarkan terus-menerus lambung bisa luka,” terangnya.

Dia menambahkan, sebenarnya gastritis secara umum tak bisa merenggut nyawa. Namun jika berbicara organik yang mengantarnya kepada maag kronis atau akut itu bisa saja terjadi. “Namun secara keseluruhan masih bisa diatasi dan tidak akan sampai menyebabkan kematian,” tegasnya.

Hendra pun menyarankan, jika tak ingin merasakan mag ada baiknya pola makan dijaga. Jangan sengaja menunda makan. Kemudian, pilih makanan yang ramah dengan perut. Pedas tak jadi masalah namun perhatikan makanan tersebut mengganggu pencernaan atau tidak.

Seturut dengan itu, Sunita Almatsier dalam Penuntun Diet (2005:11) menyebut, jenis makanan yang dianjurkan bagi penderita maag adalah sumber karbohidrat mudah dicerna nasi lunak, roti, biskuit atau sumber protein yang diolah dengan cara direbus dan dipanggang dan ditumis.

“Sedangkan jenis makanan tak disarankan ialah karbohidrat yang sulit dicerna seperti nasi keras, beras ketan, mi, jagung, dan singkong,” tulisnya. (tim KP)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Langkah Jitu untuk Menjauhkan Diri dari Sakit Maag


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler