Yesss…. Bobot Bocah Tergemuk di Dunia Asal Karawang Berkurang

Kamis, 14 Juli 2016 – 08:21 WIB
TIDAK NORMAL: Arya Permana menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, kemarin. FOTO: BANDUNG EKSPRES

jpnn.com - BANDUNG - Berat badan bocah tergemuk di dunia asal Karawang, Arya Permana, 10, sedikit demi sedikit menyusut. Setelah ditangani di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, bobot anak penderita obesitas ekstrem asal Kabupaten Karawang itu berkurang 3 kilogram. 

Dari berat awal tercatat 190,5 kilogram kemarin menjadi 187,5 kilogram.

BACA JUGA: Hina Jokowi, Pemilik Akun Davara Derry Diburu Polisi

Ketua tim dokter penanganan Arya, dr Julistio T.B. Djais SpA(K) MKes menyatakan, setelah menghitung dan mengatur asupan energi pada makanan Arya, dalam waktu sehari saja berat badan Arya turun hingga 3 kilogram. 

Hal itu, kata dia, tidak lepas dari sikap Arya yang bisa menerima menu diet rendah kalori dari dokter. Sebab, lanjut Julistio, jika Arya menjalankannya dengan baik, bobot tubuhnya bisa turun, bahkan kembali normal.

BACA JUGA: Libur Lebaran, Toko Oleh-Oleh Khas Semarang Hanya Tutup Dua Jam

''Saat ini Arya tidak pernah mengeluh kelaparan dan meminta makanan. Kalau ini bisa berjalan terus, dalam waktu sebulan beratnya bisa turun 10-15 kilogram,'' kata Julistio kepada Jabar Ekspres (Jawa Pos Group) di RSHS Bandung kemarin (13/7).

Dia mengungkapkan, idealnya anak seusia Arya hanya berbobot 40-45 kilogram. Namun, Arya berbobot hingga empat kali lipat berat badan anak seusianya.

BACA JUGA: Pak Dandim Pimpin Anak Buah Serbu Mapolres Kendal, Ternyata....

Menurut dia, pihak rumah sakit tidak mungkin akan merawat Arya hingga kembali normal. Namun, yang terpenting adalah mengajari orang tuanya agar bisa terus menarapkan program diet Arya di rumah.

''Jangan sampai seperti kemarin. Setelah pulang dari RS di Karawang, bukannya berkurang malah bertambah gemuk,'' jelas Julistio.

Selain memiliki nafsu makan tinggi, Arya memiliki pola tidur yang tidak normal. Sebab, dia terbiasa bangun saat malam dan tidur menjelang subuh.

''Kata orang tuanya, Arya biasa tidur sekitar 05.30 lalu bangun siang hari. Jadi, malam dijadikan siang dan siang dijadikan malam,'' jelasnya.

Di samping itu, menurut Rokayah, ibu Arya, sejak lahir hingga berusia 7 tahun, kondisi tubuh Arya normal seperti anak lainnya. Bahkan, dia tidak menyangka anaknya akan mengalami kelebihan berat badan ekstrem.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat Netty Heryawan menuturkan, India bersedia menawarkan bantuan pengobatan untuk Arya. Sebab, India memiliki sistem dan metodologi pengobatan obesitas. 

''Mungkin juga mereka ingin melakukan uji coba,'' terang Netty. 

Tapi, Netty percaya bahwa kemampuan tim dokter di RSHS Bandung tidak kalah oleh kemampuan dokter dari luar negeri soal penanganan medis untuk bocah obesitas tersebut. ''Menurut saya, dokter melakukan sesuatu lebih dahulu sebelum menyerahkan kepada pihak lain (dokter luar negeri). Masak menyerah sebelum berperang?'' ucapnya.

Menyikapi hal itu, Netty yang juga menjabat ketua tim penggerak PKK terus berupaya mengoptimalkan peran posyandu untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi lebih pada anak. (dn/c5/rie) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gawat! Persediaan Air Bersih Hanya Cukup 17 Hari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler