jpnn.com, SEMARANG - Heboh "Kampung Warna-Warni Kaliwerno Bejalen" Ambarawa, kabupaten Semarang, ibarat durian runtuh bagi sedikitnya 10 homestay di wilayah itu.
Sejak April, desa wisata tersebut membuat spot warna-warni, homestay di sepanjang sungai Bejalen itu panen tamu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya gembira dengan perkembangan homestay desa wisata yang terus menggeliat.sema
BACA JUGA: Tabanan Hadirkan Bioskop Keliling di Pesta Kesenian Bali 2017
Homestay memang menjadi prioritas utama, Kemenpar, setelah Go Digital dan Air Connectivity.
"Target kami terbangun 100 ribu homestay di 2019," ujar Menpar Arief yang dikerjakan secara teknis oleh Tim Percepatan Homestay di bawah koordinasi Pokja 10 Bali Baru.
BACA JUGA: AIHFF Sukses, Peserta Lomba Photo Challenge Membludak
Tahun ini, ditargetkan 20.000 homestay, yang akan dikerjasamakan dengan Kementerian Desa dan Kementerian PUPR.
Juli sampai Desember 2017, masih 6 bulan lagi.
BACA JUGA: Ketika Experts Mengulas Destinasi Top di Dunia, Raja Ampat Tetap Juara
Menpar Arief akan me-review sampai di mana perkembangan homestay. Hal itu sudah ditegaskan di Rakornas Pariwisata II/2017, di Hotel Bidakara 18-19 Mei 2017 lalu.
"Tahun depan lebih banyak lagi, 30.000 homestay dan tahun 2019 diproyeksikan 50.000 homestay," kata Arief.
Meski belum sebanyak di Jogja dan Borobudur Magelang, setidaknya mulai berdatangan para tamu dari luar kota.
"Kami berterimakasih dengan mulai dikenalnya kampung warna warni Bejalen. Akhirnya mulai banyak tamu yang datang," kata Rini, pemilik homestay.
Sejak Kaliwerno RW 3 dipoles dengan warna -warni berikut rumah-rumah kampung di sebelahnya, Rini bersama suaminya membangun separuh rumahnya.
Melihat makin banyaknya tamu yang datang, mereka menangkap peluang.
Dengan modal keluarga merenovasi rumahnya di RT 7/RW 3 itu menjadi homestay.
Setelah siap huni didata Dinas Pariwisata kabupaten dengan nama "Homestay Bu Rini".
Wanita 46 tahun itu menceritakan, setelah ada beberapa tamu yang menginap otomatis penghasilan suaminya sebagai peternak ayam bertambah.
Meski belum bisa rutin, setiap tamu datang bisa ada tambahan sekitar Rp 1 juta kotor.
"Bersihnya paling separo karena masih dipotong biaya listrik, cuci, masak, mandi sampai setrika,"jelas wanita yang juga pengurus Ekonomi Mikro BUMDes Desa Bejalen ini.
Rumahnya seluas 200 m2 itu kini terbelah dua. Sebagian untuk homestay sisanya untuk dapur yang jika ada tamu berubah fungsi menjadi ruang keluarga.
Homestay Bu Rini ada tiga kamar dengan kapasitas tujuh orang. Dengan tarif Rp 75 ribu per orang.
Fasilitas makan sekali, kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, listrik dll.
Supaya menarik dirinya menyediakan menu makan nasi dengan sayur dan camilan ala desa.
Kadang sayur lodeh tewel, kacang, singkong rebus/goreng pisang godok hingga tales.
Belum lama ini pihaknya kedatangan tamu 15 rombongan Mas dan Mbak kapupaten Semarang didampingi Dinas Pariwisata selama dua hari, 20-22 April.
Ada juga dari rombongan komunitas fotografi DeFragma sekitar 10 orang selama dua hari pada Maret lalu.
Mereka harus menginap karena berburu foto di sore dan malam hari.
"Rencana Juli ini juga ada rombongan Romo yang mau menginap," tambah ibu dua putra itu. Dia memberikan nomor kontak homestay-nya 085740057978 agar bisa dihubungi wisatawan yang akan menginap.
Begitupun yang dirasakan Hartati, pemilik rumah singgah pinggir sungai Kaliwerno di RT 6/RW 3 Bejalen Timur ini.
Meski rumahnya tidak menyewakan kamar, belakangan selalu saja ada tamu yang menginap. Mereka umumnya rombongan anak sekolah dan mahasiswa KKN.
"Kami tidak bisa disebut homestay karena tidak menyewakan kamar. Yang menginap di rumah kami gratis, hanya membayar makan sekali Rp 30 ribu per orang," jelas janda yang tinggal sendiri karena anak semata wayangnya sudah berkeluarga di luar kota itu.
Rumah wanita 65 tahun ini juga sudah empat kali jadi langganan mampir bupati jika ada kunjungan.
Meski pendapatan belum material pihaknya senang ada tambahan kegiatan.
Ada dua kamar siap menampung empat orang yang dia siapkan cuma-cuma untuk tamu. "Kalau ada tamu yang masak saya sendiri. Fasilitas nginap juga swadaya sendiri," ujarnya.
Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bejalen, Rivian Aprianto mewakili ketuanya Anjareka menjelaskan, dari 10 homestay yang ada sebenarnya ada yang eksis sejak lama.
Sebab sebelum sungai Kaliwerno Bejalen dicat warna-warni sudah ada beberapa homestay.
Sebelumnya Desa Bejalen memang sudah dipilih menjado Desa Wisata. Sehingga dari awal sudah ada rombongan live in alias menginap di desanya.
"Sekarang saya bersama 30 anak desa ikut menjaga parkir. Lumayan kalau Minggu bisa 1000 kunjungan. Hari biasa 200-300 pengunjung,"katanya yang mengaku pendapatan parkir sekitar Rp 1 - 2 juta per hari. Dana itu sebagian digunakan untuk pemgembangan Kampung Bejalen. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenpar Gelar Pentas Seni Religi di Puncak #PesonaRamadan 2017 Jabar
Redaktur & Reporter : Natalia